Rupanya Thamrin belajar dari perjalanan Covid selama delapan bulan terakhir. Terutama dari orang-orang yang telah menggunakan Lian Hua. “Lian Hua memang bisa meredakan. Tapi tidak bisa membunuh virus corona ini,” ujar Thamrin.
Sejak awal saya juga punya kesimpulan seperti itu. Lian Hua adalah herbal. Mana ada herbal bisa membunuh virus. Begitulah hukum dasarnya. “Saya sungguh percaya obat dari dokter Pur ini,” ujar Thamrin. “Ini obat ajaib,” tambahnya.
Saya pun menghubungi orang yang sakit itu. Ayah dari si manajer itu. Namanya: Djoko Wahyudi. Umur 56 tahun. Tinggal di Bekasi. Ketika saya telepon, Wahyudi tidak habis-habisnya mengatakan rasa syukur dan terima kasihnya pada obat itu.
Saya tanya apa pun, jawabnya terima kasih itu. Saking senangnya. Sekarang ia merasa sudah sehat sekali. Demikian juga istrinya, Dina Yanti –4 tahun lebih muda. Tiap pagi mereka jalan kaki –berolah raga.
Mereka memang tinggal berdua di rumahnya itu. Empat anaknya sudah berkeluarga semua –salah satunya menjadi manajer di perusahaan Thamrin Anwar. Wahyudi merasa dirinyalah yang terkena Covid dulu. Baru kemudian menular ke istri. “Mungkin saya terkenanya di pasar,” ujar Wahyudi menduga.
Malam itu badannya terasa lemah. Saat mau kencing pun tidak kuat. Ketika bangun pagi badan kian lemah. Ia mulai curiga jangan-jangan terkena Covid. Maka ia ambil minyak kayu putih. Bukan untuk diusap tapi untuk tes penciuman. Wahyudi tahu salah satu tanda terkena Covid adalah hilangnya rasa penciuman.
“Lho kok minyak kayu putih ini baunya seperti rokok ya,” katanya pada istrinya. Dia ulang dan ulangi. Tetap saja aroma minyak kayu putih itu seperti rokok. Saya pun baru tahu: bahwa penderita Covid itu bukan hanya kehilangan rasa penciuman. Tapi juga berubahnya aroma sebuah benda.