FAJAR.CO.ID, MAKASSAR -- Ketua Laskar Merah Putih Indonesia (LMPI) Sulsel, Andi Nur Alim alias Bongkar, menyayangkan adanya agenda rekreasi sejumlah camat dan lurah Kota Makassar ke Pulau Dewata Bali. Sementara saat ini kondisi wabah Covid-19 belum mereda ditambah lagi dengan kondisi ekonomi yang sedang carut marut.
Plesiran ini adalah buah manis dari serapan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang dianggap tinggi.
Bongkar menyampaikan pemkot tidak semestinya memboyong camat dan lurah se-Kota Makassar berlibur di masa pandemi. Terlepas dari dalih kegiatan rutin dan reward atas capaian kinerja, kebijakan itu dinilainya sangat keliru.
Menurutnya, di masa pandemi Covid-19, dimana kondisi keuangan sedang sulit, sangatlah tidak bijak menghamburkan uang untuk membawa pejabat berlibur. Lebih berguna bila dana itu dipakai untuk hal lain yang bermanfaat untuk masyarakat yang benar-benar terdampak virus korona.
"Dalih itu kegiatan rutin dan reward atas capaian over target serapan PBB (Pajak Bumi dan Bangunan) tidak bisa dibenarkan. Kondisi keuangan daerah lagi sulit, ya meski realisasi PBB over target tapi realisasi PAD (Pendapatan Asli Daerah) infonya tidak capai target, ya aneh kalau hamburkan uang," ucap dia, Sabtu (7/11/2020).
"Yang terjadi ini bukti bahwa pengambil kebijakan di Pemkot Makassar tidak sensitif dengan kondisi keuangan daerah. Jangan boros di masa pandemi, apalagi kalau dihamburkan hanya untuk liburan, masih banyak warga kita yang lebih membutuhkan," sambung Bongkar menyesalkan.
Sementara itu, Pengamat Pemerintahan, Sukri Tamma berpandangan, dalam struktur pemerintahan, metode dengan model reward bagi suatu pencapaian adalah sesuatu yang biasa dan jika dilakukan dengan tepat maka hal tersebut akan menjadi stimulan bagi peningkatan kerja dari bagian-bagian organisasi yang mendapat reward.
“Saya pikir dalam kerangka ini PJ Walikota mencoba memberikan stimulan tersebut agar mereka yang mendapat reward akan terus meningkatkan kinerjanya sekaligus untuk memotivasi yang lain agar dapat berprestasi juga,” papar Sukri.
Namun, lanjut Sukri, bentuk reward tentu saja disesuaikan dengan konteks, kondisi dan kebutuhan organisasi. Dalam konteks pemerintahan tentu saja, aspek pendanaan, ketepatan bentuk kegiatan dan bentuk prestasi dari mereka yang mendapat reward juga penting untuk diperhatikan, jangan sampai upaya untuk memberikan stimulan bagi pengembangan justru akan menimbulkan pemborosan anggaaran yang seharusnya dapat digunkan untuk membiayai hal-hal lain yang lebih mendesak.
“Dalam konteks pandemi saat ini, tentu saja pemerintah dituntut untuk dapat mendukung berbagai upaya penanganan termasuk melalui alokasi dana yang memadai karena hal ini menjadi permasalahan bersama. Jadi jika kemudian beberapa camat dan lurah di kota Makassar hanya plesiran tanpa hal-hal lain terkait denga tugas dan tanggungjawab serta upaya untuk mengembangkan kebijaka kota makassar ke depan, maka tentu saja hal tersebut memang rentan menimbulkan sorotan,” urainya.
Lebih lanjut Sukri memandang, jika memang target-target APBD yang dicanangkan sebagai salah satu tujuan kerja organisasi pemerintahan kota Makassar tidak terpenuhi, maka kegiatan yang dilakukan camat dan lurah tersebut sangat mungkin justru akan meinmbulkan anggapan miring karena cednerung terlihat sebagai upaya pemborosan anggaran.
“Selain itu memang, standar pemberian reward tentu sebaiknayamengacu pada prestasi-prestasi yang menunjukkan capaian yang baik, dan bukan hanya sekadar menjalankan tugas-tugas formal normatifnya saja,” pungkas Sukri.
Sebelumnya Pj Wali Kota Makassar, Rudy Djamaluddin tak menampik bawahannya berplesir ke Bali. Ia menilai kunjungan itu merupakan penghargaan atas capaian dari kerja-kerja mereka. Sehingga bisa dijadikan motivasi ke depannya.
"Saya senang melihat dari posisi positif, kalau ada kunjungan seperti itu, sebagai apresiasi kita harapkan dapat menumbuhkan motivasi yang kuat untuk masyarakat. Akan memberikan rasa percaya diri, bahwa apa yang dilakukan mendapat penghargaan," ungkapnya saat ditemui di Rujab Wali Kota Makassar, Kamis (5/11/2020), kemarin.
"Keringat orang satu tetes harus kita apresiasi. Jangan sudah berkeringat kita tinjau dari sisi negatif itu akan mematikan kita punya semangat kerja dan itu kadangkala yang sering mendominasi akitivitas kita sehari hari, akhirnya apa semua kegiatan kita menjadi lambat," katanya melanjutkan.
Meskipun tidak tahu pasti agenda kegiatan selama di Bali, Rudy menuturkan, kunjungan tersebut sah-sah saja dilakukan sepanjang memberikan banyak manfaat untuk masyarakat.
Untuk itu, ia mengajak masyarakat untuk senantiasa berpikir positif dan mengabaikan kabar miring yang beredar luas di luar sana.
"Berpikir negatif itu akan menjauhkan rezeki, berpikir positif akan mendatangkan rezeki. Kita ingin Makassar penuh tumpahan rezeki. Mari kita berpikir positif semua," ucapnya lugas. (endra/fajar)