Kedua, kata Sukri, kondisi ini juga menunjukkan bahwa pada dasarnya masih terbuka ruang yang cukup besar bagi para kandidat untuk memperebutkan suara-suara terutama dari swing votters yang jumlahnya masih cukup signifikan dan masih dapat memberi pengaruh pada hasil akhir pilkada.
Perlu diketahui, tiga lembaga riset yang meneliti keterpilihan publik sejak September hingga November ini, jumlah swinh voters atau belum menentukan pilihan cukup tinggi.
Survei Lembaga Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) yang dilaksanakan pada 21-25 September 2020 menunjukkan bahwa pemilih yang belum tahu atau belum menentukan pilihan mencapai 16,9%. Demikian halnya dengan Celebes Research Center (CRC) yang melakukan survei pada 25 September - 5 Oktober 2020 menampilkan pemilih yang belum menentukan pilihan sebanyak 15,6%.
Sementara yang terbaru dari Lembaga Script Survei Indonesia (SSI) yang melakukan survei pada 1-8 November 2020 menyatakan swing voters mencapai 30,98%.
Dengan begitu, tegas Sukri, mau tidak mau kandidat Pilkada Makassar tentu harus dapat menemukan strategi yang lebih tepat dan efektif dalam mempengharuhi segmen pemilih yang masih tersisa ini. (endra/fajar)