Saat King Maker Pulang Kampung

  • Bagikan

FAJAR.CO.ID, MAKASSAR -- Predikat king maker telah melekat dalam dirinya. Bukan kaleng-kaleng, ia adalah aktor penting di balik kemenangan duet Anies Baswedan - Sandiaga Uno di Pilgub DKI Jakarta 2017 lalu. Ia berhasil menumbangkan superior petahana Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok kala itu.

Dua tahun berselang, ia kembali dipercaya menjadi tim Pemenangan Prabowo Subianto - Sandiaga Uno dalam Pilpres 2019 dan langsung didudukkan dalam tim inti.

Kini, sang king maker pulang kampung. Ia memilih turun gunung karena resah dengan kemunduran yang terjadi di tanah kelahirannya, kota Makassar. Ialah Erwin Aksa, Politisi Golkar yang juga merupakan Komisaris Utama Bosowa Grup.

Pilkada Makassar 2020 menjadi lebih 'menggingit' sejak Erwin Aksa mengambil peran dalam barisan tim pemenangan pasangan calon walikota dan wakil walikota Makassar nomor urut 2, Munafri Arifuddin -Rahman Bando (Appi-Rahman).

Erwin mengaku menunjuk dirinya sendiri menjadi ketua tim pemenangan Appi-Rahman. Kemunculan perdana Wakil Ketua Umum Kamar Dagang Indonesia (Kadin) itu saat acara deklarasi Appi-Rahman, 21 Agustus 2020. Erwin menjadi bintang pada gelaran tersebut.

Pidato perdananya begitu menggelegar, membakar semangat juang pendukung Appi-Rahman. Sejak itu pula, Erwin sangat optimis Appi-Rahman bakal memenangkan pertarungan Pilkada.

"Saya menunjuk diri saya menjadi ketua tim pemenangan. Warga Makassar begitu antusias ingin perubahan. Lebih 60 persen warga ingin ada pemimpin baru," katanya saat dijumpai di Cafe Sija Sawerigading, Makassar, Sabtu (21/11/2020) malam.

Erwin kemudian bikin heboh pemberitaan saat ia seolah 'menelanjangi' aneka program Danny Pomanto (DP) di periode awal. Mulai permasalahan sampah, halte hingga aneka proyek infrastruktur yang terbengkalai.

Tentu aksi kritik yang dilakukan oleh EA akan berdampak buruk terhadap elektoral pasangan Danny-Fatma mengingat Makassar ini didominasi oleh kelompok pemilih rasional yang suka dengan data dan fakta.

Seperti yang dikatakan pengamat politik Rocky Gerung: Kritik adalah vaksin demokrasi. Tugas demokrasi itu mencari dan membongkar kebohongan pemimpin, bukan ajang saling puja-puji.

Lazimnya posisi petahana akan kurang diuntungkan karena biasanya isu yang terbangun lebih dominan narasi negatif. Apalagi memang banyak janji-janjinya yang tidak terealisasi. Suka atau tidak suka, itulah konsekuensi menjadi petahana.

Erwin ingin Makassar jadi kota terbaik di Indonesia melewati Kota Surabaya. Makassar yang memiliki infrastruktur baik, SDM baik, pelabuhan dan airport internasional, termasuk jalan tol yang menghubungkan airport dan pelabuhan itu. Banyak daerah yang tidak memiliki fasilitas seperti itu.

"Tinggal pemimpinnya yang mau mendengar aspirasi masyarakat bukan yang keras kepala. Lihat betapa cantiknya Kota Surabaya di bawah kepemimpinan Bu Risma. Beliau mampu mendandani kotanya, mengatasi banjir, tata kota dengan baik. Korupsi pun hampir tidak terdengar. Karena tata kelola birokrasinya hebat. Makassar harus seperti itu," tandasnya.

Bagi Erwin, hal prioritas yang harus dilakukan untuk mengembalikan kejayaan Makassar adalah mengendalikan laju persebaran Covid-19. Ia berkomitmen, di 100 hari kerja Appi-Rahman, Makassar akan berubah wujud menjadi zona hijau Covid-19.

"Setelah itu kita benahi ekonominya. Daya beli masyarakat harus meningkat. Bisa belanja, bisa hidup, bisa survive. Jumlah pengangguran ditekan. Membuka sebanyak-banyaknya lapangan kerja. UMKM digalakkan, dan mendatangkan sebanyak mungkin investor," paparnya lugas.

Oleh karena itu, slogan Makassar Bangkit diusung Appi-Rahman sebagai landasan kuat bahwa Makassar akan melaju pesat di tangan kolaborasi pengusaha dan birokrat itu. (endra/fajar)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan