Erick menambahkan, pemberian vaksin akan dilakukan dalam sejumlah kloter, dimulai dengan menargetkan usia produktif penerima vaksin pada tahap pertama. Target awal menyasar usia 18-59 tahun. “Tapi ini target awal ya, bukan berarti menyeluruh. Karena itu, di target awal ini tentu 67% dari populasi penduduk Indonesia yang akan menjadi target utamanya,” terangnya.
Di lain pihak, Erick menepis anggapan bahwa pemerintah tertutup dengan proses pengadaan vaksin ini, karena dikatakan Erick, proses sosialisasi telah dilakukan sejak awal oleh pemerintah. Para pakar dari berbagai lembaga seperti ITAGI, IDI, dilibatkan. “Karena ini merupakan faktor terpenting yaitu penyelamatan terhadap manusia. Pemerintah melakukan vaksinasi) sesuai dengan standar WHO dan juga melakukan data-data yang sangat terbuka atas uji klinik yang ada di Bandung, semua datanya terbuka secara transparan,” pungkasnya.
Pemerintah saat ini tengah membuat sistem informasi satu data vaksin COVID-19 yang dikerjakan oleh dua BUMN, Telkom dan Bio Farma. Keduanya akan menjadi agregator dan bertanggung jawab memastikan penyediaan vaksin hingga pendistribusian ke masyarakat yang dikelola secara digital.(*)