Suasana Kota Makassar siang itu cukup ramai. Hiruk pikuk kendaraan berpacu dengan debu yang beterbangan.
Beruntung, penulis mengenakan masker yang menutupi hidung dan mulut. Debu yang beterbangan pun enggan menyiksa pernapasan.
Sebenarnya, memakai masker bukanlah kebiasaan penulis saat mengendarai roda dua. Namun, suasana pandemi membuat semua orang jadi terbiasa dengan masker. Kapan dan di mana pun saat keluar rumah, harus siapkan masker.
Saat itu, awal November 2020, bersama istri dan dua anak, penulis menyempatkan berbelanja di sebuah swalayan yang menyediakan perabot rumah tangga. Lokasinya di Kecamatan Tamalanrea.
Nama swalayan itu memang sudah cukup familiar di Makassar. Jauh sebelum hadirnya Mall Panakkukang (mal terbesar di Makassar), swalayan itu lebih dahulu eksis dan terkenal bahkan jadi andalan ibu rumah tangga. Lokasi yang kami datangi malah cabang kedua.
Itu setelah toko pertama yang terletak di Jl Semeru tak mampu menampung banyaknya pembeli dan arus barang yang cukup padat.
Saat tiba di lokasi, penulis bersama istri dan dua anak pun bergegas mendekati pintu toko yang terbuka lebar. Dua anak yang kami bawa masih sangat belia. Anak pertama berusia 3 tahun, dan yang kedua 8 bulan.
Seorang sekuriti berdiri di depan pintu toko. Berseragam biru gelap, sekuriti itu tampak mengenakan masker dan face shield. Sebuah thermogun di genggamannya.
Setiap pengunjung yang akan masuk tak pernah luput dari pantauannya. Thermogun di genggamannya akan diarahkan tepat ke wajah setiap pengunjung.