FAJAR.CO.ID, MAKASSAR - Sosok perempuan tangguh dan bagaikan bidadari sudah di depan mata. Itulah Andi Lathifah. Mendengar namanya saja, seperti bunga yang baru saja mekar di pucuknya.
Lathifah adalah seorang guru yang rela mengabdikan dirinya, untuk mengajar anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus.
Selepas kuliah di Universitas Negeri Makassar (UNM) pada 2017 lalu, dia memilih jalur kehidupan yang berbeda dengan teman sebayanya.
Dia menjadi guru dan mengabdi di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri 1 Makassar. Sekolah yang berada di Jalan Daeng Tata Raya itu memang menampung anak-anak yang butuh perlakuan khusus.
Lathifah menyampingkan niatnya berkarir di dunia Geografi, yang mana, ilmunya itu didapat saat ia masih duduk di bangku kuliah kala itu.
Baginya, menjadi guru bagi anak-anak disabilitas adalah panggilan jiwa. Hanya sedikit di antara temannya yang melakoni pekerjaan itu. Meski hanya berstatus honor.
"Alhamdulillah dikasih kesempatan mengajar di sana. Saya suka karena sudah terlalu cinta dengan anak-anak muridku. Padahal sebenarnya saya berlatar Geografi," kata Lathifah, Sabtu (5/12/2020).
Perbedaan latar belakang ilmu dan pekerjaan yang dia jalani saat ini bukanlah peristiwa langka. Sudah banyak yang menerima kenyataan itu. Baginya, hikmah dan berkahlah yang utama.
Lathifah mulai bekerja sebagai guru anak-anak berkebutuhan khusus sejak Juni 2020 lalu. Kala itu, sekolah tersebut memang sedang butuh tenaga pengajar.
Impian lama dari Lathifah untuk lebih dekat dengan anak-anak pun terkabulkan. Dia diterima dan menjadi guru sekaligus sahabat para siswa disabilitas hingga saat ini.
Selama mengajar, tentu rasanya berbeda dengan siswa normal pada umumnya. Ada kesulitan tersendiri dalam mengajar anak disabilitas.
"Kondisi anak berkebutuhan khusus jelas berbeda dengan anak pada umumnya. Tapi mereka juga kuat feelingnya dengan orang yang sayang dengan mereka. Bahkan perasaanya lebih kuat satu sama lain," jelasnya kepada Fajar.co.id.
Selama mengajar, Lathifah mempelajari setiap watak siswa-siswanya. Tak jarang, anak bimbingannya itu mesti diperhatikan setiap saat.
"Mereka juga punya rasa cemburu dan selalu masih di perhatikan khususnya sama guru. Apalagi yang mereka senangi," jelas wanita berkaca mata ini.
Enam bulan menjalani rutinitasnya sebagai guru sekolah luar biasa berstatus honorer, dia berharap ada orang lain yang sejalan dengan dirinya dan sama-sama membina anak berkebutuhan khusus.
Belajar, bercanda, dan bermain bersama siswanya meski di tengah keterbatasan fisik, tak menghalangi semangat Lathifah menikmati impiannya untuk digemari oleh anak-anak dalam dunia pendidikan. (Ishak/fajar)