FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Dea Tunggaesti ditunjuk menjadi Pelaksana tugas Sekretaris Jenderal Partai Solidaritas Indonesia (PSI) mengisi kekosongan sementara jabatan yang ditinggalkan Raja Juli Antoni yang belum lama ini ditunjuk menjadi Sekretaris Dewan Pembina PSI.
Kepada fajar.co.id, Dea Tunggaesti yang merupakan seorang pengacara itu menjabarkan tugas sebagai Plt Sekjen adalah hal yang tidak mudah tetapi juga menantang, fokus terhadap penguatan struktur partai dengan menyusun program kerja yang sesuai dengan anggaran, dan disesuaikan dengan KPI, sehingga kinerja masing-masing pihak dapat terukur, hal ini guna membangun PSI yang hebat di Pemilu 2024.
Pilkada 2020 yang baru lewat, lanjut Dea, merupakan sumber pelajaran yang sangat berharga. Bagi pengurus yang daerahnya tidak menyelenggarakan Pilkada, bisa menengok ke daerah-daerah lain yang menggelar Pilkada.
"Hal-hal yang sudah baik harus terus dipertahankan, bahkan ditingkatkan. Hal-hal yang masih lemah segera diperbaiki. Waktu kita tidak banyak menuju Pemilu 2024," tegas Dea, Jumat (18/12/2020).
"Pada Pilkada 2020 lalu, kita ketahui cukup banyak kandidat yang hendak maju Pilkada, bahkan incumbent, datang ke PSI untuk minta dukungan. Hal ini membuktikan bahwa PSI sudah diperhitungkan, hal inipun bahkan terjadi di daerah dimana kita tidak punya kursi," tuturnya lebih lanjut.
Tentunya, jelas Dea, hal ini adalah salah satu bukti nyata bahwa semangat solidaritas, rasa optimistis, serta kerja keras setiap aktivis, kader, dan pengurusnya, selalu memberikan hasil yang baik.
Untuk itu, kakak Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19, dr Reisa Broto Asmoro itu menyerukan kepada seluruh kader PSI untuk terus membangun komunikasi dengan tokoh-tokoh lokal yang berintegritas baik dan mempunyai kepribadian yang sejalan dengan nilai-nilai dasar PSI.
"Ajak mereka untuk bergabung ke PSI dan menjadi caleg. Marilah kita lebarkan sayap dan perkuat mesin politik PSI," serunya.
Terakhir, ia berpesan kepada semua pengurus dan Kader PSI, jika punya ide, gagasan ataupun saran dan masukan, ia memohon agar jangan ragu untuk menyampaikannya.
"Marilah kita kelola PSI kesayangan kita ini secara bersama-sama dengan tetap menjaga prinsip-prinsip anti-korupsi, anti intoleransi, transparansi, pro lapangan pekerjaan, serta pemberian layanan publik yang prima dan andal," tandasnya.
"Saya berdoa smoga Allah SWT senantiasa membimbing saya sehingga amanah ini dapat saya jalankan dengan sebaik-baiknya. Tentunya saya sangat membutuhkan dukungan teman-teman pengurus dan kader PSI semuanya dalam menjalankan amanah ini," tutup Dea.
Diketahui, nama Dea Tunggaesti telah malang melintang di dunia hukum dan advokasi. Wanita kelahiran Solo, Jawa Tengah pada 26 September 1982 itu menyelesaikan pendidikan tinggi di Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, dan meraih gelar master di Universitas Gadjah Mada, serta program doktor di Universitas Padjadjaran.
Berparas cantik, Dea sempat menjajal dunia modeling, hingga akhirnya memilih karier sebagai pengacara. Dia pernah bergabung dengan firma hukum OC Kaligis & Associates pada 2007, Hanafiah Ponggawa & Partners pada Februari 2013, hingga akhirnya mendirikan firma hukum sendiri, Tungga Ramli & Partners pada September 2013.
Namanya mencuat di tengah panasnya kasus suap wisma atlet yang disidik KPK pada 2011 silam. Ia seolah menjadi pemanis dalam perkara yang menyita perhatian publik seantero negeri kala itu. Dea adalah salah satu pengacara Muhammad Nazaruddin, mantan Bendahara Umum Partai Demokrat.
Meski bukan kasus besar pertama yang ia tangani, Dea mengaku kasus suap wisma atlet ini memang 'istimewa' dibanding kasus lainnya.
Dea juga ditunjuk menjadi anggota Badan Arbitrase Nasional periode 2019-2023 dan Tenaga Ahli Bidang Hukum Kementerian Perdagangan sejak November 2020. (endra/fajar)