Banyak yang percaya bahwa vaksin ini –dan virus itu– diciptakan oleh kelompok anti-Kristus. Orang dibuat terpaksa menjalani vaksinasi. Agar bisa dipakai sarana untuk memasukkan chip ke dalam badan semua orang. Chip itu didesain untuk mengendalikan otak agar orang tidak percaya lagi pada Yesus Kristus.
Brandenburg tidak menyebut chip sebagai alasan. Tapi soal berubahnya DNA manusia tadi. Ia tidak menyebut apakah perubahan itu akan berakibat dari percaya Tuhan menjadi tidak percaya. Lalu orang yang dimasuki chip tadi, kelak, di akhirat, akan muncul tanda 666 di kening mereka. Dengan melihat kening bertanda itu pekerjaan malaikat menjadi lebih mudah: mereka yang bertanda itulah yang harus masuk neraka.
Brandenburg menunggu sidang berikutnya 19 Januari depan. Sambil menunggu hasil pemeriksaan laboratorium: apakah vaksin yang dionggokkan di lantai tersebut benar-benar rusak. Pun seandainya tidak, ia tetap akan dianggap melanggar hukum. Dengan kadar lebih ringan.
Yang seperti itu pasti sangat minoritas. Tidak boleh membuat energi habis untuk mengurusnya. Yang penting pandemi ini harus selesai. Toh tidak ditemukan cara lain untuk mengatasinya.
BPOM benar memberikan keterangan bahwa vaksin belum boleh disuntikkan. BPOM belum mengeluarkan izin. Tapi mulai mendistribusikan vaksin itu ke daerah adalah tepat. Mendistribusikan tidak sama dengan menyuntikkan.
Dengan lebih awal mendistribusikannya, waktu bisa lebih dihemat. Bahwa, misalnya, izin tidak keluar kan tidak masalah.
Kita berpacu dengan waktu dan nyawa.