FAJAR.CO.ID, MAKASSAR -- Posisi ketua partai di tingkat kabupaten dan kota menjadi incaran. Modal politik dalam menentukan pimpinan daerah.
Tahapan penjaringan calon ketua DPD II Partai Golkar segera digodok. Sejumlah nama mulai mencuat.
Terkhusus di Makassar, salah satu yang mencuri perhatian ada nama calon wali kota Makassar, Andi Zunnun Nurdin Halid. Saudara Zunnun, Andi Nurhaldin juga disebut-sebut. Selain itu, nama Munafri Arifuddin atau yang akrab disapa Appi dan Irman Yasin Limpo (None).
Ketua DPD I Golkar Sulsel, Taufan Pawe menegaskan, seorang ketua DPD II Golkar ke depannya harus visioner serta mampu diterima oleh semua lapisan masyarakat. Khususnya warga Makassar.

Soal sosok yang paling berpeluang menakhodai Golkar ke depannya, wali kota Parepare dua periode ini menegaskan hanya ingin yang terbaik.
Sekretaris DPD I Golkar Sulsel, Marsuki Wadeng mengatakan penunjukan pelaksana tugas sangat jelas di SK bahwa tugas utamanya segera melaksanakan musda di daerah mereka masing-masing.
Plt Ketua DPD II Partai Golkar Makassar, Irianto Ahmad mengatakan, selama seseorang kader Golkar, maka peluang untuk menjadi calon ketua DPD II sangat terbuka. Mereka dipersilakan mendaftar.
Meski begitu, kedua nama tersebut, kata dia, sejauh ini belum ada komunikasi apapapun dan siapa-siapa saja yang sudah mengaku siap untuk maju dalam pencalon menjadi ketua DPD II Golkar nantinya, belum ada sama sekali.
"Kita kan baru ditunjuk jadi plt untuk menggelar musda. Kita rampungkan dulu semua. Namun yang pasti syarat utama untuk menjadi calon yah dia harus kader dulu," ujarnya.
Mantan Dirut PD Parkir Makassar ini mengatakan, tahapan penjaringan sementara ini masih digodok. Dia mengaku masih perlu berkoordinasi dengan pengurus DPD I Golkar untuk merampungkan syarat seorang calon ketua DPD II Golkar ke depannya.
"Mungkin pertengahan Januari kita sudah bentuk. Mekanismenya masih kami bahas," bebernya.
Mengenai calon yang akan maju, seperti Andi Zunnun dan Appi, mantan anggota DPRD Makassar ini mengatakan, semua calon berpeluang. Yang jelas bisa melalui syarat yang nantinya diserahkan oleh DPD I Sulsel.
"Siapapun bisa terpilih. Pastinya dia harus punya komitmen untuk membesarkan Partai Golkar. Juga punya track record yang baik tentunya," tandasnya.
Andi Nurhaldin masih enggan sesumbar saat ditanya keinginan untuk maju sebagai ketua DPD II Golkar Makassar. Apalagi melihat posisinya sebagai wakil ketua DPRD Makassar, posisi tawarnya sangat besar.
"Saya belum berpikir untuk maju (calon ketua DPD Golkar Makassar," tegasnya.
Soal dorongan dari para kader Golkar lain atau dari bapaknya, Nurdin Halid, ia mengaku masih dalam posisi menunggu. ''Masih tunggu petunjuk,'' paparnya.
Pengamat Politik Unhas, Andi Naharuddin menyampaikan, partai sebesar Golkar memang nampak babak belur dalam kontestasi Pilkada Sulsel. Paling nyata bisa dilihat di Pilkada Makassar. Padahal, Makassar menjadi barometer politik di Indonesia Timur.
Konsolidasi di internal partai juga bergejolak dan lamban memanaskan mesin partai, sebab pergantian kepemimpinan dari Nurdin Halid ke Taufan Pawe.
Jika menilai sejauh mana jabatan ketua DPD II ini menjadi incaran dan posisi tawar bagi kader, Naharuddin menilai Golkar menjadi partai yang punya pengaruh, sehingga akan selalu jadi rebutan banyak pihak. Bukan hanya di internal partai, bahkan dari luar partai.
''Makanya kita tak heran misalnya jika ada kabar Suhartina yang merupakan wakil bupati Maros terpilih kencang isunya akan beralih menjadi kader Golkar. Sebab cukup potensi menjadi ketua DPD II Golkar di Maros,'' paparnya.
Dengan menjadi ketua DPD II, lanjutnya, sosok tersebut bisa menjadi penentu termasuk misalnya mengusulkan orang atau dirinya maju bertarung di daerah yang ia pimpin.
''Dia jadi penentu atau pemegang palu sidang sehingga menjadi keyword dalam kontestasi politik di daerahnya. Jadi ini kepentingan jangka panjang'' tegasnya.
Khusus di Makassar ia menilai akan cukup sengit. Akan banyak tokoh yang mau maju menjadi ketua DPD II Golkar Makassar.
''Justru di Golkar banyak kader sehingga akan saling sikut,'' tegasnya.
Sejumlah nama yang menguat kata Naharuddin akan punya irisan terhadap klan politik misalnya klan Yasin Limpo dengan adanya Irman Yasin Limpo, klan Nurdin Halid dengan Andi Zunnun dan Andi Nurhaldin.
Naharuddin juga yakin Taufan Pawe akan sangat hati-hati untuk mendorong ketua DPD II Golkar Makassar. Akan ada pemetaan kekuatan yang dapat ia kendalikan.
''Ingat, pilkada sudah lewat tetapi ada pilgub sehingga posisi Makassar juga sangat penting,'' tegasnya.
Analis politik Unismuh, Andi Luhur Prianto menyampaikan
menjadi ketua DPD II Golkar tetap punya daya tarik. Meskipun derajat kewenangan yang dimiliki sangat tergantung pada relasi yg dibangun dengan ketua DPD I
Di kepengurusan sebelumnya, memang beberapa ketua DPD II tidak mendapat kewenangan yang proporsional dari pimpinan DPD I.
''Jabatan yang dipegang hanya bersifat simbolik saja, tetapi otoritasnya dikunci oleh pimpinan DPD I,'' tegasnya.
Soal kandidasi di Pilkada 2020 lalu, secara umum Golkar kata Luhur masih banyak mendorong kader dan pimpinan DPD 1. Sebut saja antara lain Kaswadi Razak di Soppeng, Andi Hamzah Pangki di Bulukumba.
Meskipun tetap ada juga pimpinan DPD II yang tidak mendapat keistimewaan untuk diusung.
''Tergantung kesiapan untuk berkontestasi. Tentu di sana juga ada juga faktor kekerabatan yg diprioritaskan,'' tegasnya.
Golkar Sulsel, lanjut Luhur, mulai tertinggal dari partai-partai baru dengan determinasi elektoral yang lebih kokoh. Dengan realitas tersebut, idealnya partai sebesar Golkar punya tantangan untuk memilih kader terbaik mereka.
''Tentu harus memilih ketua DPD II yang punya modal sosial politik besar dan siap berkompetisi di arena Pilkada,'' imbuhnya.
Pada saat yang sama rasionalitas politik di Golkar Sulsel menurutnya harus menjadi basis utama pengambilan keputusan, mendahului faktor-faktor lain.
''Seperti kedekatan personal dan kekerabatan,'' jelasnya. (abd-sua)