FAJAR.CO.ID, JAKARTA – Aktivis sosial sekaligus Komisaris PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk Geisz Chalifah ikut angkat suara soal polemik film animasi yang dituding mempromosikan Islam kearab-araban.
Geisz teringat dengan film dokumenter Senyap garapan sutradara asal Amerika Serikat (AS) Joshua Oppenheimer yang dilarang beredar. Film tersebut bertema pembantaian massal pada 1965 silam di Indonesia.
Ia mengaku sempat rela mengatre demi menonton Senyap di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta. Bahkan dirinya ikut memprotes ketika film itu dilarang.
“Bbrp tahun lalu ada film SENYAP. Di putar tempat2 tertentu saja dan Gue antri nonton di TIM (bukan di bioskop). Film itu dilarang beredar. Dan gue protes,” ujar Geisz melalui akun Twitter @GeiszChalifah, Selasa (12/1).
Ia menuturkan, apabila ada pihak yang mempermasalahkan film tersebut alangkah baiknya memproduksi film dengan versi lain.
Lebih lanjut, ia mengaku heran dengan beberapa pihak yang kini mempermasalahkan hal serupa dan mengaitkanya terhadap film animasi.
“Kalau ga suka dgn film itu bikin aja versi lain. Skrg kaum Sok Liberal itu, takut cuma dgn FILM KARTUN. Dodol lu pada,” tambah Geisz dalam cuitannya.
Belakangan ini, film animasi Nussa garapan Visinema yang bakal tayang dalam waktu dekat menuai beragam komentar dari warganet.
Banyak warganet memuji film tersebut atas animasi serta gambar yang bagus dan berkualitas.
Namun tak sedikit yang mempermasalahkan film tersebut karena dinilai terlalu khas Timur Tengah dan mengesampingkan budaya Indonesia.
Salah satunya pegiat media sosial Denny Siregar yang menyuarakan keberatannya kepada Produser Eksekutif Nussa, Angga Dwimas Sasongko.
“Mas @anggasasongko apa gak paham ya, kalau pilem Nusa ini yang bidani Felix Siaw? Liat aja bajunya si Nusa, emang anak muslim Indonesia bajunya model gurun pasir gitu ? Setau saya, dari dulu kita sarungan deh. Hati-hati mas, jangan jadi jembatan propaganda mereka,” kata Denny Siregar melalui cuitannya dalam akun Twitter @Dennysiregar7.
Merespons itu, Angga mengatakan, dalam proses animasi Nussa tidak melibatkan tokoh agama. Sehingga apa yang dituduhkan Denny Siregar sangat tidak masuk akal.
“Mas Denny, pada proses kreatif dan produksi tidak ada keterlibatan pemuka agama. Cerita dan skenario film ini digarap Skriptura, divisi IP Development Visinema Group. Produksi animasinya oleh The Little Giantz dan distribusi dan promosinya oleh Visinema Pictures,” tulis Angga Dwimas Sasongko membalas Denny Siregar melalui akun Twitter @anggasasongko.
Angga pun balik mempertanyakan tentang tudingan bahwa cerita itu dibuat oleh Felix Siauw.
“Yang saya gak paham cerita bahwa Felix Siauw ada di balik film Nussa itu dari mana? Produsernya isteri saya, @anggiakharisma. Penulis skenarionya 2 penulis saya di Visinema. Pendanaan juga dari Visinema dan The Little Giantz,” jelasnya.
“Bahwa Felix Siauw mungkin berteman dengan beberapa kawan yang ikut membuat Nussa, bukan berarti Felix Siauw mengintervensi pekerjaan kami. Visinema sudah 12 tahun bikin film. Saya ga butuh pembelaan lebih jauh. Film2 kami secara historis memberikan gambaran visi dan independensi kami.”
Angga pun mengingatkan Denny agar tidak menuduh orang sembarangan atau menyesatkan publik tentang tudingan-tudingan tak berdasar yang dilayangkannya.
“Tapi saya menghargai bila maksud ini adalah mengingatkan. Hanya saya menuduh dan mengkaitkan Nussa dengan satu kelompok sangat menyesatkan. Nussa dikerjakan banyak orang; dr berbagai suku dan ras, dan dr berbagai pemeluk agama. #NussaUntukSemua deh pokoknya,” tegasnya. (riz/fin)