Tapi itu hanya membuat saya sedih. Angka-angka ekonomi yang dipaparkan tidak ada yang menghibur. Sama sekali. Bahkan digambarkan tahun ini akan sangat-sangat parah.
Habis seminar saya langsung nonton Seno Nugroho lagi. Agar cepat tertawa lagi. Lakon yang saya pilih: Ontoseno Mencari Siapa Bapaknya. Rupanya itu lakon campuran. Di-mix dengan lakon Kawinnya Poncowolo bin Puntodewo dengan Dewi Pergiwati binti Arjuna”.
Perkawinan itu nyaris batal gara-gara Pandita Durna –yang ingin menjodohkan Pergiwati dengan Lesmana yang banci, anak raja Astina. Ayah Pergiwati pun membatalkan perkawinan itu.
Ayah Poncowolo yang pendiam itu gemuruh hatinya. Sampai menjelma jadi raksasa sebesar tujuh gunung jadi satu.
Poncowolo sendiri hancur hatinya. Ia curhat ke Petruk, abdinya. Petruk cuek bebek. “Yang penting bukan Pergiwati yang memutus cinta,” ujar Petruk. “Begini saja. Curi saja pengantin wanitanya. Bawa lari,” nasihat Petruk.
Petruk lantas meyakinkan Poncowolo. “Itu, Bethara Krisna yang titisan Dewa Wishnu, dulu juga kawin lari,” ujar Petruk.
Saat bicara begitu Krisna diam-diam ada di belakangnya. Petruk tidak menyadari kehadiran Krisna. Petruk terus nerocos. “Krisna itu kan istrinya tiga. Tiga-tiganya hasil curian,” ujar Petruk. “Ayo, saya bantu mencuri Pergiwati,” tambahnya. Ia pun membalik badan, mau berangkat ke desa Madukara, tempat Arjuna memingit Pergiwati.
Dari lakon ini saya baru tahu kisah pertama Antasena bertemu ayahnya, Bimasena. Antasena adalah anak Bimasena dari istri yang anak Dewa ular. Karena itu kulit Antasena bersisik.