Gading Seno

  • Bagikan
Dahlan Iskan - Disway

Dunia wayang seperti menggambarkan zaman ketika dunia masih di awal perkembangan manusia. Ada perkawinan antara ular dan manusia, kera dan manusia, kuda dan manusia.

Semua jenis makhluk hidup bersama. Saling bantu dan saling bunuh. Ada kera baik, ada manusia jahat.

Semua itu dibawakan Seno dengan humor dan spontanitas yang selera tinggi.

Memang, zaman modern bisa merusak. Akibat tuntutan pasar yang sering muncul adegan Bagong. Itulah adegan paling lucu. Dan Seno punya ”suara Bagong” yang disukai. Akibatnya, wayang Seno seperti dikuasai Bagong.

Menonton wayang Seno tidak bosan. Adegannya sering tidak bisa ditebak. Tidak seperti wayang lama. Yang sebelum nonton pun kita sudah tahu: tokoh siapa yang akan keluar pertama, kedua sampai di akhir lakon.

Lebih dari itu.

Dalang Seno Nugroho adalah “marketer of the year”.

Semua pertunjukan mati di zaman Covid ini. Tapi Seno justru berjaya.

Semua pertandingan olahraga bubar –di Indonesia. Tapi Seno bisa dapat order show 26 kali sebulan selama Covid –sebelum ia meninggal dunia.

Order itu sebenarnya 30 sebulan. Tapi Seno perlu istirahat. Ia kosongkan empat hari untuk tarik napas.

Cara lama pentas wayang begini:

Anda order show. Biasanya harus datang sendiri ke rumah dalang. Disepakati tanggalnya. Seno lantas mengadakan show di tempat Anda. Di halaman rumah Anda. Atau di lapangan. Di pinggir jalan. Atau di gedung.

Seno membawa semua gamelan, wayang satu peti, peralatan panggung, para penyanyi (sinden), para musisi (penabuh gamelan), dan pengeras suara. Menata semua itu perlu satu hari tersendiri.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan