Penemuan Kuwat

  • Bagikan
Dahlan Iskan - Disway

Udara itu masuk komputer. Yang terhubung dengan artificial intelligent dan cloud. Oleh komputer udara itu dianalisis cepat. Muncul hasil.

Saya sengaja menghubungi Prof Kuwat kemarin. Untuk mengucapkan selamat. Dan salut. Dan bangga.

Prof Kuwat orang dari desa. Rumah asalnya 10 kilometer di utara kota Boyolali, Jateng. Ia lulusan SMAN 1 Boyolali. Lalu ke UGM.

Prof Kuwat memang dikenal punya banyak penelitian yang berat-berat. Setelah lulus UGM Kuwat melanjutkan ke ITB. Dengan tesis ”Prototype of Pattern Recognition System in Electronic Nose Base on Artificial Neural Network”.

Dari ITB, Kuwat melanjutkan program doktor ke Jepang. Ke Kyushu University. Dengan disertasi: Heterojunction Organic Photovoltaic Based on Phthalocyanine and Perylene.

Grup penelitiannya berada di kelompok fisika material, elektronika hidung dan mulut dan instrumentasi.

Prof Kuwat selalu mengajak dokter satu ini di setiap penelitiannya: Dokter Dian. Semula, dr Dian saya kira perempuan. Ternyata laki-laki. Terlihat dari nama terakhirnya: Dian Kesumapramudya Nur putra. Ia dokter spesialis anak. Pinter sekali.

Penelitian pertama Kuwat-Dian adalah di penyakit TBC, infeksi mulut sampai ke penyakit akibat narkotika. Itu tahun 2016. Sampai sekarang masih berlanjut.

Lalu ada juga penelitian di bidang yang lebih mendesak: penyakit lumpuh layu. Yang biasanya baru ketahuan setelah dewasa. Lantas tidak bisa tertolong. “Padahal harusnya bisa diketahui ketika masih anak-anak,” ujar Prof Kuwat.

Ketika ada pandemi, penelitian itu diarahkan juga ke Covid-19. Dengan bantuan Badan Intelijen Negara (BIN). Sampai berhasil sekarang ini.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan