FAJAR.CO.ID, MAMUJU - Ada cerita tersendiri bagi warga binaan di Rutan Mamuju, yang menjadi korban gempa berkekuatan 6,2 magnitudo pada Jumat (15/1/2021) lalu.
Saat jarum jam menunjukkan pukul 02.30 Wita dini hari, sebanyak 253 warga binaan panik di dalam ruang tahanan saat diguncang gempa.
Semuanya hendak lari menyelamatkan diri. Namun apa daya, gembok masih terkunci.
Beruntung ada petugas Rutan yang sigap mengevakuasi para warga binaan, meski dirinya juga panik akibat kejadian itu.
Seluruh pintu jeruji besi sel tahanan pun telah dibuka. Seluruh warga binaan pun lari kocar-kacir ke tempat aman. Mereka tak ingin mati konyol di dalam sel tahanan.
Kepala Rutan Mamuju, Gusti Lanang, mengatakan, saat ratusan warga binaannya itu dievakuasi, pihaknya lengah. Sembilan warga binaan kabur meninggalkan Rutan.
"Saat pagi, warga binaan menyelamatkan diri sembilan orang. Tidak ada di Rutan. Lalu kita lakukan pendekatan bahwa tidak akan ada tsunami atau apa," katanya kepada wartawan, Rabu (20/1/2021).
Kini kesembilan warga binaannya itu telah kembali dan diamankan ke tempat yang layak jadi tempat penahanan warga binaan.
Hanya saja, gempa itu meninggalkan jejak di bangunan Rutan Mamuju. Tembok pembatas ambruk dan rata dengan tanah.
Pantauan di lokasi, tembok pembatas antara bangunan Rutan di bagian dalam dengan rumah warga ambruk. Petugas Rutan pun membuat pembatas baru menggunakan kawat berduri agar warga binaan tak ada lagi yang kabur.
Namun sejumlah aktivitas perkantoran Rutan Mamuju berjalan seperti biasa. Hanya saja, mereka bekerja di area teras dan pintu masuk. Mereka khawatir jika gempa susulan datang, sementara ia justru berada di dalam gedung.
Namun, lanjut Gusti, gempa tersebut membuat satu warga binaan dan dua petugas Rutan Mamuju terluka akibat terkena reruntuhan bangunan tembok pembatas tadi.
"Saat dicek, satu orang warga binaan patah tulang di tangan terkena runtuhan dan dua petugas luka robek dan jari kakinya patah," tambahnya. (Ishak/fajar)