FAJAR.CO.ID, GOWA - Air susu dibalas air tiba. Itulah yang dialami oleh Daeng Bollo, 60 tahun. Kini dia hidup sebatang kara tanpa anak kandungnya di sebuah rumah sederhana seluas 4 x 5 meter.
Tepatnya di Desa Bontolebang, Kecamatan Patallasang, Kabupaten Gowa. Sebelumnya dia tinggal di dalam sebuah gubuk nan kumuh.
Tanpa makanan dan terkesan jauh dari standar kesehatan. Beruntung gubuknya itu telah dibongkar dan diganti dengan sebuah rumah sederhana, berbahan kayu, tembok, dan seng yang layak.
Ditambah lagi satu unit kursi roda yang tersimpan rapih di depan rumahnya dan bahan makanan lainnya. Semua itu ia dapatkan dari bantuan pihak luar.
Kendati demikian, hal itu tetap dianggap sangat kurang. Pemberian bantuan yang ia dapat tak mampu membendung kerinduan terhadap tiga orang anaknya, yang kini pergi entah ke mana.
"Tidak ada saudaraku. Pergi semua (anakku) tidak tahu ke mana. Tidak tahu (apa dikerja)," kata Daeng Bollo, Kamis (28/1/2021).
Ketiga anak kandungnya itu membuang Daeng Bollo, orang yang telah merawat dan membesarkan mereka. Sayangnya, semua itu sia-sia dan sirna.
Daeng Bollo mendapat perlakuan tak pantas dari ketiga anaknya itu. Mereka enggan merawat ibunya itu di masa tuanya saat ini. Apalagi dia kini menderita lumpuh.
Mereka menelantarkan Daeng Bollo tanpa rasa penyesalan sedikit pun. Kini Daeng Bollo hidup sebatang kara sejak beberapa tahun silam.
Mereka pergi usai pembagian harta warisan sejak sepeninggalan ayahnya sejak 10 tahun yang lalu. Setelah itu, semuanya pun pergi.