Dua Pekan Pascagempa, Pengungsi Masih Butuh Tenda

  • Bagikan

FAJAR.CO.ID, MAMUJU - Sejumlah penyintas gempa yang masih mengungsi masih kekurangan terpal atau tenda untuk berteduh. Pemprov Sulbar diminta memenuhi kebutuhan tenda di pengunsian sebelum bagi-bagi tenda bantuan BNPB ke pejabat.


Dari pantauan FAJAR, hingga hari ke-14 pasca gempa 6,2 magnitudo yang mengguncang Majene-Mamuju, penyintas di posko pengungsian Stadion Manakarra masih berdesakan.

Bahkan ditemukan tenda yang hanya menggunakan spanduk bekas. Di bagian pintunya hanya menggunakan tripleks agar pandangan orang yang melintas tidak tembus ke dalam.

Salah seorang pengungsi, Ramli (60) mengatakan dia hanya menggunakan terpal bekas yang dibawa dari rumahya. Selama dua pekan berada di pengunsian, warga kelurahan Binaga ini mengaku belum kebagian terpal.

"Belum pernah dapat bantuan tenda, pernah cari di posko di dalam (stadion) tapi tidak dapat. Habis kayaknya," katanya saat ditemui, Jumat, 29 Januari.

Tari (50) warga Jl Abdul Azasi yang juga mengungsi di stadion mengaku dalam tendanya ada 14 jiwa. Dia bersama anak, menantu dan sanak saudaranya yang lain masih berdesakan dalam tenda terpal. "Kami di sini tinggal 14 orang, empat KK," katanya.

Tokoh Masyarakat Sulbar, Mayjen TNI (Purn) Salim S. Mengga menilai Pemprov Sulbar seharusnya melakukan pendataan kebutuhan tenda di pengunsian. Kemudian mencukupkan kebutuhan tenda masyarakat sebelum membagi tenda bantuan BNPB ke para pejabat.

"Kalau kita jadi pejabat itu harus memiliki empati pada masyarakat kita yang terkena musibah. Karena itu, kalau ada bantuan buat mereka jangan kita dulu yang menikmati, tetapi masyarakat dulu yang dicukupkan kebutuhannya," katanya.

Jangan sebaliknya, pejabat dulu yang bagi-bagi. Kemudian dipasang di halaman pribadi. "Untuk apa kita (pejabat) begitu. Maka sebaiknya yang begitu-begitu dibagi dulu ke masyarakat. Bukan berarti pejabat itu tidak boleh, karena ada juga pejabat yang kena dampak tetapi utamakan masyarakat kita dulu," jelasnya.

Salim mengaku beberapa warga yang membutuhkan tenda sempat meminta dibelikan terpal. Jadi, kata dia, kebutuhan terpal itu bukan maim-main. "Ada juga ke saya minta dibelikan terpal karena tidak punya tempat berteduh dan alas buat tidur. Ada yang minta ke saya. Jadi berempatilah," katanya.

Juru Bicara Satgas Bencana Gempa Bumi Sulbar, Moh Natsir mengaku kisruh tenda yang hanya ke pejabat ini sudah sampai ke telinga Gubernur Sulbar, Ali Baal Masdar. Ali Baal, kata Natsir, belum berfikir untuk melakukan tindakan.

"Belum ada (tenda dikembalikan). Karena itu kebutuhan mereka juga. Sama kebutuhan semua orang. Kita sudah dengar seperti itu (kisruh), tapi mohon dimaklumi kan pejabat juga ini perlu mendapat perlindungan. Kebetulan ada stok dan bisa dipakai, jadi hitung-hitung mereka juga butuh perlindungan," katanya saat ditemui di Rujab Gubernur.

Dia juga membenarkan dalam rapat satgas, kebutuhan terpal untuk pengungsi memang menjadi prioritas. Termasuk kebutuhan lain seperti tikar, kasur, selimut, obat-obatan dan perlatan bayi. 
"Kalau sembako sudah cukup. Kita sudah menerima laporan seperti itu (masih banyak yang butuh tenda). Maka nanti dalam bantuan yang datang kita lebih mengutamakan bantuan itu tadi," katanya.

Klarifikasi

Putra Kadis Kehutanan Hamzah, Azikin Hidayat mewakili ayahnya datang memberi klarifikasi di kantor FAJAR Mamuju, Jumat, 29 Januari. Azikin mengaku keluarganya memang sangat butuh tenda. Apalagi, saat gempa terjadi, kakak dan iparnya turut menjadi korban gempa yang tertimpa runtuhan di RS Mitra Manakarra.

"Betul itu tenda itu memang tenda dari BNPB. Dari hari Jumat kejadian tanggal 15 Januari, setelah kakak dikuburkan sama istrinya sore, malamnya kami langsung mengungsi di rumahnya keluarga di Pattidi. Hari Jumat minggu depannya baru kami kembali ke rumah, tapi kami rasa belum aman tetapi kami berinisiatif cari tenda kemana-mana dan tidak ada dijual," katanya.

Ayahnya kemudian mencoba menghubungi kepala BNPB Darno Majid. "Bapak berinisiatif telpon Pak Darno, kepala BPBD, iya ada disediakan. Tetapi dia tidak bilang kalau ini disediakan untuk masyarakat umum, dikasi saja bahkan dipasangkan. Ya kami terima karena kami butuh betul," katanya.

Dia juga mengklarifikasi soal tenda itu ditutupi terpal sehingga seolah-oleh disembunyikan. Padahal, kata dia, setelah dipasang terjadi hujan. "Hari Sabtu hujan, makanya saya tutupi karena ada bocor di sela-sela jahitan. Semua jahitan ternyata tidak ada bagus, bisa dicek. Bocor, merembes air masuk, sempat banjir di dalam.  Makanya saya tutupi terpal dua," jelasmua.

"Dari redaksi beritanya sebelumnya dikatakan seolah-olah disembunyikan. Kami tidak sembunyikan itu tenda. Makanya saya hak jawab dan mohon diklarifikasi kembali supaya nama baik keluarga kembali. Sedikitntya bisa mengobati sakitnya ditinggal dua minggu lalu ditinggal kakak sama istrinya," sambung Azikin.


Sebelumnya diberitakan, sejumlah pejabat dan kepala dinas lingkup Pemprov Sulbar mendapat sorotan publik. Bagaimana tidak, sebanyak 27 tenda bantuan BNPB habis dibagi-bagi untuk ke pejabat dan kepala OPD.

Bahkan dari pantauan FAJAR, sejumlah pejabat memboyong tenda itu ke rumah pribadi mereka. Tenda itu terpasang di depan rumah Kadis Kehutanan, Hamzah dan rumah Asisten II, Junda Maulana di BTN Graha Nusa II, Rabu 27 Januari. (rul)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan