FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Perfilman Indonesia sedang jaya-jayanya, bahkan pertumbuhan sangat tinggi yakni 20 persen per tahun. Tiba-tiba saja pandemi Covid-19 membuat semuanya buyar. Industri kreatif itu harus menarik tuas rem mendadak. Semua seketika berhenti.
Jika pandemi masih terus berlanjut, Sutradara ternama Hanung Bramantyo meyakini nasib masa depan perfilman Indonesia bakal terjerembab sangat dalam. Suram sesuram-suramnya.
Perputaran uang triliunan rupiah di industri perfilman pun terancam terjun bebas hampir menyentuh 90 persen.
"MENATAP MONITOR, MELIHAT MASA DEPAN FILM BIOSKOP YANG MAKIN SURAM. Ada 3,4 Triliun Rupiah perputaran uang di Produksi dan Distribusi Film, 1,2 triliun sewa Mall, 1,1 T gaji pegawai, 1,5 T pajak langsung, 900M suplier F&B, 800M Air dan Listrik, 400M kebersihan dan Keamanan. Saat ini, seluruh perputaran itu turun hampir menyentuh 90 persen," ungkap Hanung di Instagram, Kamis (25/2/2021).
Hanung juga membeberkan, sampai hari ini penonton bioskop hanya mencapai 500 ribu. Itu pun diraih film Wonder Woman 98. Film Indonesia terbanyak penontonnya saat ini Asih 2 dengan capaian 240 ribu penonton. Padahal potensinya 2 juta (Asih 1). Hanya 15% capaiannya.
"Mau ngajak orang nonton di bioskop, dituduh cari penyakit. Mau nglarang orang nonton bajakan, ee dianya malah balik Nyolot. Setiap bangun subuh, kaki ini berat banget menuju lokasi. Selalu dibebani pertanyaan, siapa yang akan nonton film kami kalo tayang di bioskop?" keluh sutradara film Rudy Habibie tersebut.
Hanung pun merasa bingung harus berbuat apa dan mengadu ke siapa. Pemerintah tengah sibuk tanggulangi Covid-19, menggalakkan vaksinasi dan membenahi ekonomi. Belum lagi bencana alam terus menerus terjadi. Industri film diacuhkan.
"Mau minta tolong ke siapa? Pemerintah? Ntar malah dijawab : ntar yee, urus vaksin aja blom beres. Masalah Banjir juga blon kelar. Tuh di Papua udah mulai ngajak merdeka tuh. Udah deh, Nonton film di Hp aja dulu. Ato cari hiburan lainnya. Main catur gitu? Sabar yee??" gumamnya.
Alhasil, tidak ada tempat untuk meminta pertolongan selain pada diri sendiri. Lantas bagaimana caranya agar bisa tetap produksi film? Hanung menyarankan bikin film harus ditekan biaya produksinya dengan budget Rp 2,5 miliar saja.
"Penonton film Nasional kan cuma 230 ribu. Harga tiket 35 ribu. Hasilnya dibagi 20% pajak, 40% bioskop dan 40% pemilik film. Total yang diterima producer: Rp3,2M. Kalo mau untung, bikin film dengan bujet 2,5M aja. Bisa gak? Ya harus bisa. Trus crewnya gimana? Pemainnya gimana? Yaa cari sambil terus berdoa, biar ada crew dan pemain2 bintang yang mau dibayar murah," kata Hanung, pasrah. (endra/fajar)