Dapat Dukungan PLN, Petani Untung, Destinasi Wisata Tercipta

  • Bagikan

Berkah Lampu Pijar Kebun Bawang Merah di Enrekang

Cahaya lampu pijar mendatangkan berkah bagi masyarakat Enrekang. Selain membuat petani bawang merah untung, destinasi wisata baru juga tercipta.

YUSRIADI
Enrekang

Dari atas bukit Desa Pekalobean, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang, tampak lampu pijar berwarna kuning berpendar membiaskan cahayanya. Lampu itu berada di kebun bawang merah milik petani.

Dari sore hari, lampu itu dinyalakan. Salah satunya di kebun milik Wawan (34). Lampu-lampu itu memenuhi beberapa sisi kebun. Dipasang pada tiang kayu yang dibawahnya diberi baskom berisi air. Pada baskom itulah, serangga penggangu tanaman bawang merah akan terjebak.

"Lampu ini rata-rata 5 sampai 10 watt. Menggunakan meteran langsung dari PLN dan ini cukup membantu mengusir hama," beber Wawan saat ditemui di kebun miliknya usai menyalakan lampu pijar, Sabtu malam, 20 Februari lalu.

Malam itu waktu menunjukkan pukul 19.45 Wita. Wawan sudah bersiap-siap pulang ke rumahnya. Sebelum menggunakan lampu pijar, bapak dua anak itu kerap pulang lebih larut. Jaga-jaga ketika hama kupu-kupu menyerang kebun bawangnya. Ketika terjadi seperti itu, di malam hari pun ia langsung lakukan penyemprotan.

Sekarang pekerjaan ekstra di malam hari itu tidak pernah dilakukan lagi. Wawan dan petani bawang merah lainnya bisa lebih cepat istirahat di malam hari. Selain itu, untung dari hasil panen yang didapatkan juga kian banyak.

"Sebelum pakai lampu pijar, saya rata-rata keluarkan biaya Rp3 juta sampai Rp5 juta untuk beli racun (pestisida, red). Sekarang tetap beli tapi sedikit, paling Rp2,7 juta saja," ungkap Wawan.

Manfaat lampu pijar yang menggunakan listrik dari PLN juga dirasakan petani lainnya di Desa Bamba Puang, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang, Ardi Yunus (42). Katanya, selain biaya operasional untuk membeli pestisida yang berkurang, hasil panen juga meningkat.

"Sekarang produksi naik bisa mencapai dua kali lipat. Kalau biasa di satu kebun saya panen 700 kilo (kilogram, red), sejak pakai lampu pijar bisa sampai 1,3 ton," ungkapnya.

Berkah lampu pijar bagi petani bawang diamini Kadis Pertanian Enrekang, Addi. "Kami sebut listrik masuk kebun. Selain untuk irigasi, listrik juga kini digunakan untuk menyalakan lampu pijar sebagai inovasi untuk mengusir hama di kebun bawang petani," ujarnya.

Sebagai bentuk dukungan kepada petani, PLN UP3 Pinrang, Unit Layanan Pelanggan (ULP) Lakawan sejak 10 Oktober 2020 sudah meluncurkan program yang diberi nama Petik Bawang Merah. Addi mengaku sangat mengapresiasi program tersebut. "Sangat membantu petani untuk meningkatkan kesejahteraan mereka," lanjut Addi.

Muh Ridha Modeong, Manager ULP Lakawan menyampaikan, PLN senantiasa mengakomodasi kebutuhan layanan listrik dari masyarakat petani melalui agriculture electrifying. Program Petik Bawang Merah, kata Ridha hadir dengam layanan berupa listrik untuk pompanisasi, penyiraman, hingga ke penerangan pada kebun bawang merah.

"Sejauh ini tercatat tidak kurang 1.000 pelanggan yang memanfaatkan layanan Petik Bawang Merah dan seiring maraknya penggunaan lampu hama, animo masyarakat untuk memanfaatkan program ini kian meningkat, tentunya PLN khususnya ULP Lakawan siap melayan. Ketersediaan pasokan lebih dari cukup," ungkapnya.

Ridha merincikan, untuk pompanisasi irigasi pengairan kebun bawang, dengan adanya program ini petani lebih hemat sekitar 35 ribu perhari. Misalnya menggunakan genset membutuhkan sekitar 12-14 liter solar atau Rp72 ribu per hari dibandingkan penggunaan yang hanya membutuhkan sekitar 22.5 kwh atau Rp37 ribu per hari.

Kemudian program lampu pijar untuk penangkap dan pengusir hama, dengan adanya program ini petani lebih hemat sekitar Rp5,5 juta per panen setiap empat bulan. Penggunaan tanpa lampu hama, petani membutuhkan Rp13 juta per panen, sedangkan lampu hama membutuhkan sekitar Rp 6,8 juta per panen.

Sementara untuk penyiraman kebun bawang, dengan adanya program ini, petani lebih hemat sekitar Rp13 ribu perhari. Misalnya menggunakan genset membutuhkan sekitar Rp19 ribu perhari, dibandingkan penggunaan pompa listrik yang hanya Rp6 ribu per hari.

"PLN akan senantiasa mendukung kebutuhan listrik masyarakat lewat pelbagai program yang akan terus kita siapkan ke depan," pungkas Ridha.

Ciptakan Destinasi Wisata

Tidak sekadar menerangi kebun petani bawang merah, cahaya lampu pijar yang menggunakan listrik dari PLN juga ternyata berdampak pada hadirnya destinasi wisata baru di Enrekang. Saat ini, sudah ada beberapa spot berkemah yang disiapkan untuk menikmati cahaya lampu tersebut dari atas bukit.

Destinasi tersebut masih dikelola langsung oleh masyarakat setempat. Sebelum pandemi Covid-19 merebak, spot-spot kemah tersebut sudah banyak dikunjungi warga dari kabupaten lain. Seperti dari Toraja, Pinrang, Sidrap, dan Pinrang.

"Saya pernah camping bersama teman-teman di Desa Pekalobean. Suasananya sangat mendukung. Udara sejuk dari atas pebukitan, sambil menikmati cahaya lampu dari kebun bawang petani memberikan kesan tersendiri. Kita seperti melihat kota yang ramai karena terang, padahal itu hanya kebun bawang," aku warga Sidrap, Indriati Lewa (21).

Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata Enrekang, Danang Sumarna mengakui, jika potensi sektor pariwisata cukup terdongkrak dengan adanya inovasi lampu pijar ini. Meski belum dikelola secara maksimal, ia melihat ke depan bisa dikembangkan lebih baik.

"Sejauh ini kami baru sekadar melakukan pendampingan. Spot wisata untuk lampu pijar ini masih dikelola masing-masing desa. Tidak menutup kemungkinan, ke depan kita bisa bantu untuk membangun fasilitas pendukung untuk menarik lebih banyak wisatawan," jelasnya.

Tak sampai di situ, potensi agrowisata Enrekang ini bahkan sudah dilirik Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (PDTT). Selasa 23 Februari 2020 lalu, Bupati Enrekang, Muslimin Bando diundang khusus ke Kantor Kemendes PDTT.

"Kita diundang untuk memaparkan potensi agrowisata yang kita miliki di desa-desa. Ada beberapa yang menarik perhatian Kemendes, salah satunya potensi agrowisata dari lampu pijar di kebun bawang petani bawang merah. Inovasi pengusir hama ini memang membuat desa-desa di Enrekang jadi terang dan banyak dikungjungi wisatawan dari luar," papar Muslimin.

Wakil Menteri Desa PDTT, Budi Arie Setiadi mengaku telah lama mendengar potensi yang Enrekang miliki. Di antaranya yang menarik perhatian adalah light trap atau lampu perangkap hama yang digunakan petani bawang.

"Ini sangat menarik dan potensial. Kita akan agendakan berkunjung langsung untuk melihat seperti apa pengembangannya," ujar Budi. (*)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan