Untuk menindaklanjuti hasil temuan dan inovasi ini Airlangga meminta dibangun sebuah data center. Selanjutnya hasil tes dari alat GeNose ini datanya bisa diup-load. Diharapkan hal itu bisa meningkatkan kapabilitas dan pendeteksian dari Covid-19 di Indonesia.
“Alat ini juga sangat bermanfaat untuk mendorong PPKM Mikro, yang dalam dua minggu ke depan diminta untuk dipersiapkan untuk prototipe sekolah,” ucap Airlangga.
Untuk aktivitas dan kegiatan masyarakat yang massal, seperti sekolah, perguruan tinggi, Airlangga menyatakan perlu adanya screening yang sifatnya harian. Begitu pula dengan tempat seperti stasiun dan bandara yang membutuhkan mobilitas tinggi.
“Screening harian ini dengan GeNose tentu akan lebih praktis. Kemarin PT KAI sudah menetapkan harga untuk screening ini hanya 30 ribu rupiah dan ini relatif yang termurah dibandingkan screening yang lain,” ungkap Airlangga.
Sektor industri juga diharapkan membeli GeNose sehingga mereka dapat melakukan screening awal terhadap karyawannya. Pabrik-pabrik yang ada di Tanah Air diperkirakan membutuhkan lima hingga sepuluh alat ini agar bisa melakukan screening awal secara cepat.
Selain itu Airlangga juga berharap produksi GeNose ini bisa ditingkatkan. Saat ini kemampuan produksi alat ini memang baru sekitar 3000 alat per bulan. Padahal permintaan sudah mencapai 20 ribu. Ke depan diharapkan bisa terus ditingkatkan untuk mencapai 10-15 ribu produksi pada bulan Juli nanti.
Sebagai promotor UGM diharapkan bisa mereplikasi manufaktur yang ada. Terdapat tantangan yakni permintaan yang banyak sehingga produksi harus terus ditingkatkan.