Puan menjelaskan, TNI AL merupakan vertors of see power (proyeksi kekuatan Maritim di dan atau lewat laut) yang mengemban fungsi pertahanan di laut, penegakan hukum di laut, dan diplomasi. Selain itu, TNI AL juga merupakan elemen yang sangat penting dalam strategi penangkalan (deterence strategy) secara menyeluruh.
Atas dasar itu, kata Puan, TNI AL membina unsur unsur dari Sistem Senjata Armada Terpadunya (SSAT) agar memiliki kesiapan tempur yang tinggi dalam rangka menjamin kedaulatan dan keamanan di dan atau lewat laut perairan yurisdiksi nasional Indonesia. Pasalnya, sebagai salah satu negara kepulauan terbesar dunia, sudah sepatutnya Indonesia memiliki kapal selam dan alutsista lain yang modern.
“Agar mencapai kesiapan yang tinggi, TNI AL harus senantiasa melakukan modernisasi alutsista seiring dengan tuntutan tugas dan perkembangan lingkungan strategi,” tuturnya.
Diketahui, Dinas Penerangan Angkatan Laut (Dispenal) menyebut ada 53 personel kapal selam KRI Nanggala-402 yang hilang kontak di perairan utara Bali, Rabu (21/4), sekitar pukul 03.00 WIB.
KRI Nanggala-402 diduga tenggelam saat sedang gladi resik untuk latihan penembakan rudal. Namun saat melakukan perjalanan dari Surabaya menuju perairan selat Bali, kapal selam buatan Jerman tersebut hilang kontak dan tidak terdeteksi oleh radar.
Menurut rencana, KRI Nanggala-402 dijadwalkan ikut dalam latihan penembakan rudal di laut Bali, Kamis (22/4).
Kapal yang hilang kontak 90 kilometer di utara perairan Bali, diduga berada di Palung dengan kedalaman 700 meter.(jpg/fajar)