FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy mengakui bahwa Kamus Sejarah Indonesia yang menjadi polemik akhir-akhir ini terjadi pada saat kepemimpinannya. Hal itu tentu terjadi tanpa disengaja.
Mengingat bahwa pada saat ia menjadi Mendikbud di periode 2016-2019, pihaknya juga membangun Museum Islam Indonesia Hasyim Asy’ari di Jombang untuk mengabadikan jejak tokoh pendiri Nahdlatul Ulama (NU) tersebut.
Lalu, dalam rangka memperingati 109 tahun Kebangkitan Nasional, Kemendikbud juga menerbitkan buku KH Hasyim Asy’ari: Pengabdian Seorang Kyai Untuk Negeri. Buku tersebut lahir pada saat Muhadjir masih menjadi Mendikbud. Oleh karena itu, tidak ada maksud menghilangkan nama tokoh tersebut.
Oleh karenanya, Muhadjir pun memberikan saran kepada Kemendikbud untuk membentuk tim investigasi mengusut masalah ini supaya tidak melebar dan menimbulkan fitnah.
“Kalau persoalan itu dipandang serius, sebaiknya Kemendibud membentuk tim investigasi internal. Toh, meskipun Direktorat Sejarah sudah bubar, kan orang-orangnya masih ada. Biar jelas duduk persoalannya dan tidak jadi fitnah,” ujar dia dalam keterangannya, Jumat (23/4).
Muhadjir juga menegaskan bahwa sebelumnya Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid juga sudah memberikan klarifikasi terkait kesalahan penyusunan pada 2017 itu. Di mana hal itu terjadi akibat kealpaan yang dilakukan oleh staf di Direktorat Sejarah.
Kamus sejarah merupakan proyek Direktorat Sejarah yang berada di bawah Dirjen Kebudayaan Kemendikbud. Direktorat Sejarah itu sekarang sudah dilikuidasi atau dibubarkan.