FAJAR.CO.ID, MAKASSAR -- Tsunami Covid-19 di negeri Bollywood, India memprihatinkan publik global, sekaligus menjadi peringatan dan pembelajaran bagi semua, bahwa pelonggaran dan kerumunan adalah ancaman nyata di masa pandemi.
Guru Besar Fisika Teoretik FMIPA Universitas Hasanuddin, Prof. Tasrief Surungan mengatakan, kasus ini terjadi setelah pemerintah dan rakyat India mengamati kecenderungan penurunan pertumbuhan kasus, yaitu setelah dilaksanakannya vaksinasi.
Maka itu selalu harus diingatkatkan bahwa, tidak boleh lengah, dan merasa aman lalu mengabaikan protokol kesehatan.
"Masyarakat India, secara umum adalah tipe masyarakat menyukai pesta, yang terlihat dari film-film mereka, dimana ada tarian massal. Pola masyarakat yang menyukai kerumunan sangat rentan terhadap penyebaran penyakit menular atau andemic Covid-19," jelasnya kepada fajar.co.id, Sabtu (24/4/2021).
Maka tak heran, untuk mengendalikan penyebaran pandemi, pemerintah melarang semua bentuk kerumanan.
Dijelaskan, kasus tsunami Covid-19 yang dialami India sekarang ini, berpeluang terjadi di negara lain, terutama di negara yang masyarakatnya cenderung abai terhadap protokol kesehatan.
"Belajar dari kasus India, dimana jumlah kasus paling banyak terjadi di kota-kota besar seperti Mumbai dan Delhi. Maka jika ditarik dalam konteks Indonesia, yakni Jakarta, Surabaya dan Makassar harus semakin waspada, terlebih dengan masuknya ratusan warga negara India dua hari yang lalu," kata Prof Tasrief.
Lebih jauh ia mengatakan, pada periode awal pandemi di seluruh dunia, kencederungan pertumbuhan kasus paling tinggi selalu terjadi di kota-kota Hub (kota-kota di masing masing negara), misalnya New York di USA, London di Inggris, Sydney dan Melbourne di Australia.
Secara teoretik (teori jaringan), hal itu dapat dipahami, sebab di kota besar terjadi interaksi (kontak) paling banyak.
"Analoginya sama dengan kebakaran, dimana wilayah yang sangat padat akan lebih rentan mengalaminya dibanding wilayah yang relatif kurang penduduk," tukasnya.
Ia menilai tiga kota hub di Indonesia, Jakarta, Surabaya dan Makassar, memang memiliki ciri yang hampir sama, yaitu multi-akses, dimana ada bandara Internasional dan pelabuhan laut yang besar.
Mumbai yang sekarang menjadi episentrum tsunami di India adalah kota paling besar dan paling padat. Jumlah penduduknya berkisar 13 Juta Jiwa pada malam hari. Sementara pada siang hari bisa mencapai 20 juta. Ini kurang lebih mirip dengan Jakarta.
Oleh karena itu menurut Tasrief, begitu diketahui bahwa ada ratusan warga negara India yang masuk ke Indonesia melalui bandara Internasional Soekarno Hatta, dalam beberapa hari terakhir, maka dapat dipastikan, tiga kota hub menjadi sangat rentan.
"Pemerintah seharusnya untuk sementara menutup akses penerbangan dari dan ke India, sebagaimana telah dilakukan oleh sejumlah negara," pintanya.
Dengan tsunami Covid-19 yang sedang melanda India, maka langkah-langkah pencegahan dan antisipasi menjadi sangat urgen, sebab efek osilasi pertumbuhan kasus menjadi lebih serius.
Dimana gelombangnya dimungkinkan menjadi lebih tinggi. Program 3T (Tracing, Test dan Treatmen atau Pelacakan, Pengetesan dan Perawatan) secara signifikan urgen kembali digalakkan, termasuk program Wisata Duta Covid.
"Mudah-mudahan dengan upaya yang maksimal itu Indonesia terhindar dari apa yang sedang melanda India," pungkas Tasrief. (endra/fajar)