Tabah Sampai Akhir

  • Bagikan

Kita ini, di permukaan bumi ini, biasa hidup dengan tekanan 1 atmosfer.

Kalau kita masuk ke dalam ruangan yang tekanan atmosfernya 6 saja, semua jaringan tubuh kita mengecil. Termasuk paru-paru. Juga urat darah.

Maka para penyelam itu punya disiplin atmosfer yang tinggi. Menyelam itu hanya boleh maksimum 30 meter. Itu pun sudah hebat. Itu pun harus dicapai secara bertahap. Tidak boleh langsung menuju kedalaman 30 meter. Ketika masuk ke 3 meter harus berhenti dulu. Biar jaringan dan organ menyesuaikan diri. Lalu berhenti lagi di kedalaman 6 meter. Berhenti lagi di kedalaman 10 meter. Dan seterusnya.

Demikian juga ketika selesai menyelam. Untuk menuju permukaan harus beberapa kali berhenti. Setiap berhenti harus selama sekitar 5 menit. Kalau tidak, saluran darah bisa pecah.

Saya bukan penyelam. Saya bukan orang yang bisa disiplin dan tabah seperti itu.

Maka terjawablah mengapa 53 prajurit di kapal selam Nanggala tidak membuka pintu darurat. Itu sama dengan bunuh diri.

Kapal selam adakah kapal yang ukurannya serba dibatasi. Untuk kepentingan kecepatan dan kemampuan jelajah. Bagi yang sudah masuk kapal selam di museum kapal selam di dekat mal Surabaya Plaza bisa membayangkan itu.

Tidak banyak ruang di situ. Tempat tidur harus ditumpuk agar bisa dua susun. Itu pun harus dilipat kalau lagi bukan jam tidur. Demikian juga meja makan. Hanya bisa digunakan kalau lagi jam makan. Setelah itu harus dilipat –agar terbentuk ruangan.

Maka salat di kapal selam pun harus dilakukan sambil telentang. Di lantai. Atau di tempat tidur. Karena itu kalau kapal lagi berhenti di pangkalan, banyak awak yang memilih salat di atas kapal –seperti foto yang banyak beredar.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan