FAJAR.CO.ID, MAKASSAR -- Kunjungan pengurus DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ke kantor DPP PDI-Perjuangan menyiratkan beragam makna. Selain penjajakan koalisi permanen, kunjungan di tengah isu reshuffle kabinet juga diprediksi upaya PKS masuk ke pemerintahan.
Sekjen DPP PKS Aboe Bakar Al-Habsyi menyatakan langkahnya menemui PDIP untuk belajar cara mengurus negara. Dia sempat meminta jajaran pengurus DPP PDIP yang dipimpin Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto untuk berbagai ilmu dengan PKS. "Bagi-bagi ilmunya lah," kata Al Habsyi saat berkunjung ke DPP PDIP, Selasa, 27 April.
Menurutnya, pertemuan ini membahas masalah kebangsaan. Dia menepis kesan PDIP dan PKS selalu berlawanan. "Kalau berbeda pendapat itu hal biasa. Bernegara harus bikin suasana happy," katanya.
Ketua DPP PKS, Mardani Ali Sera mengakui, kunjungan ke kantor DPP PDIP kali pertamanya. "Membangun persatuan kekuatan nasionalis dan agamais," katanya.
Kunjungan bersejarah PKS ke PDIP ini dihubung-hubungkan dengan kemungkinan PKS merapat ke koalisi pemerintahan. Apalagi isu reshuffle makin menguat. Namun, Mardani membantah isu tersebut. Hanya saja, peluang koalisi tetap terbuka.
"PKS tegaskan tetap oposisi. PDIP justru apresiasi sikap yang diambil PKS. Perlu diketahui, PDIP juga sebelumnya oposisi selama 10 tahun sebelum sekarang menjadi partai penguasa. Soal koalisi ke depan, kita sementara komunikasi dulu," bebernya.
Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto mengatakan, berbagai isu kerakyatan bisa dibahas bersama. Seperti keinginan melaksanakan pemilu lebih baik, ekonomi dan anggaran, hingga keprihatinan terhadap kondisi eksploitatif unilateral. PDIP juga menghargai sikap politik PKS.
Meluas ke Sulsel
Pengurus wilayah kedua partai juga melakukan pertemuan di hari yang sama. Elite PKS Sulsel menyambangi kantor PDIP Sulsel, Selasa, 27 April dan membahas kemungkinan koalisi permanen dan sejumlah agenda politik lainnya.
Hadir dalam pertemuan tersebut Ketua DPW PKS Sulsel, Muh Amri Arsyid, Ketua Sekretaris Majelis Pimpinan Wilayah (MPW) PKS, Sri Rahmi dan Sekretaris DPW PKS, Rustang Ukkas.
Sementara dari pihak PDIP hadir Ketua PDIP Sulsel, Andi Ridwan Wittiri (ARW), Sekretaris Rudy Pieter Goni, Wakil Ketua Bidang Kehormatan Andi Ansyari Mangkona dan Anggota DPRD Sulsel Fraksi PDIP, Rahmat Muhayyang dan Risfayanti Muin.
Amri mengatakan, berkoalisi dengan partai nasionalis langkah terbaik demi meraih kemenangan pada Pilkada 2024 mendatang.
Satu partai berbasis agama dan satunya lagi partai nasionalis dan bakal kian lebih kuat bila keduanya membangun koalisi permanen ini.
Amri menegaskan hubungan dengan PDIP di Sulsel sudah baik sejak lama. Bahkan, sama-sama merasakan kemenangan di Pilgub Sulsel 2018 lalu.
"Kami PKS Sulsel bersilaturahmi dengan teman-teman di PDIP. Kami siap saling berbagi dan belajar mengurus negara dengan saling mendukung di pemerintahan," paparnya.
Amri mengakui, pihaknya yang terlebih dahulu mengambil inisiatif agar dibentuk koalisi permanen. Menurutnya ini akan berdampak tak hanya untuk Pilres, namun juga Pilgub 2024 mendatang.
"Kami ingin mengulang sukses seperti pada pilgub sebelumnya. Ada PKS dan PDIP serta PAN berkoalisi memenangkan kontestasi Pilgub," ujarnya.
Untuk koalisi tingkat kabupaten kota, Amir mengatakan tak jauh berbeda. Pihaknya sudah menyerukan agar masing-masing pengurus membangun komunikasi di tingkat kabupaten/kota di Sulsel. "Kita sudah persilakan setiap jenjang saling berkomunikasi," bebernya.
Sekretaris MPW PKS Sri Rahmi menegaskan, tawaran membangun koalisi permanen dengan PDIP bukan berarti koalisi berbasis agama dikesampingkan begitu saja. Hanya saja, pada dasarnya konsep tersebut menurutnya bukanlah ide dari PKS.
Pada pertemuan kemarin. Ketua PDIP Sulsel, Andi Ridwan Wittiri (ARW), secara terbuka menerima konsep tersebut. Pria yang akrab disapa ARW ini mengatakan, apabila PKS dan PDIP bersatu, hampir bisa dipastikan tak ada lawan.
Apalagi, bila hendak mengusung calon gubernur Sulsel pada 2024 mendatang. Olehnya itu, konsep koalisi permanen sangat patut dipertimbangkan dan disikapi.
Pakar Politik Universitas Hasanuddin, Andi Lukman Irwan, mengatakan, konsep koalisi permanen harus menjadi perhatian serius bagi sejumlah kader PKS. Begitu pula dengan PDIP. Jangan sampai niatnya mau cari basis baru, malah basis lama pergi.
Utamanya, kader akar rumput. Kata Lukman, kedua partai ini memiliki basis pemilih yang jauh berbeda. Paradigma berpikirnya pun demikian. "Kalau mau bangun koalisi permanen itu perlu pertimbangan," pesannya.
Memang, bukan hal sulit membangun koalisi ini. Apalagi sudah dibangun pada Pilgub Sulsel lalu. Apalagi, menurutnya hingga saat ini tak ada garis batas yang jelas untuk membangun koalisi antarpartai mana pun. (abd-fik-sua-wid/rif-ham)