Mahasiswa Papua Gelar Aksi di Surabaya, Diadang Massa Pimpinan Stanley
FAJAR.CO.ID, SURABAYA -- Puluhan orang yang menamakan diri Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) menggelar aksi unjuk rasa di depan Gedung Negara Grahadi, Jalan Gubernur Suryo, Surabaya, Jatim, Sabtu (1/5).
Aksi ini terkait dengan 58 tahun kembalinya Papua ke NKRI. Menurut AMP, wilayah Papua diambialih oleh Indonesia melalui proses aneksasi. "Kami menolak lupa, 1 Mei 1963 adalah di mana aneksasi (wilayah Papua, red)," kata Juru bicara AMP Surabaya Ever Walela.
Dia mengatakan bahwa aneksasi itu merupakan buah dari New York Agreement yang ditandatangani pada 15 Agustus 1962, perjanjian antara Belanda, Indonesia, dan difasilitasi PBB. Namun, kata Ever, Rakyat Papua sendiri tak dilibatkan.
"Kami meminta kepada Negara Republik Indonesia sekaligus rezim hari ini untuk segera mengusut dan segera menyelesaikan persoalan sejarah Papua," ucap dia.
Ever juga meminta agar Pemerintah Indonesia segera mencabut penetapan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) sebagai organisasi teroris.
Menurut dia, organisasi itu sudah lama hadir sebagai bentuk perjuangan rakyat Papua Barat untuk memperoleh kemerdekaan melalui jalan dialog, diplomatik, dan aksi militan.
"Kami mendesak Republik Indonesia segera mencabut pernyataan tersebut. Segera tarik militer dari wilayah Nduga, Intan Jaya, dan Puncak Jaya," kata dia.
Saat pimpinan AMP sedang orasi, tiba-tiba muncul massa aksi lain yang bertentangan aspirasi. Massa itu mengadang kelompok AMP. Kedua kelompok ini sempat bersitegang dan saling dorong. Namun, polisi yang berjaga cepat bertindak untuk menengahi dan melerai dua kelompok tersebut.