Kisah AGH Sanusi Baco, Ulama Kharismatik Sulsel yang Jadi Panutan

  • Bagikan

FAJAR.CO.ID, MAKASSAR -- Sejumlah tokoh diakui AGH Sanusi Baco memiliki pengaruh besar dalam hidupnya selama ini. Hal ini ia uangkapkan dalam hasil penelitian Abdul Kadir Ahmad yang berjudul "Pandangan Hidup K. H. M. Sanusi Baco".

Dijelaskan bahwa, di Pesantren Darud Dakwah Wal-Irsyad (DDI) Mangkoso Kabupaten Barru , Sanusi belajar selama delapan tahun (1950 -1958), menyelesaikan I'dadiyah 1 tahun, Tahdliriyah 3 tahun, dan Tsanawiyah 4 tahun.

Pelajaran pokok di kelas adalah fiqhi, tarikh, tauhid, tafsir, hadits. Selain pelajaran dalam bentuk klasikal di kelas, pelajaranjuga diberikan dalam bentuk halaqah di masjid. Waktunya pada waktu malam, subuh, dan ashar.

Pengajian Ashar ini khusus santri, tetapi antara Magrib - Isya dan Subuh terbuka untuk umum. Mulai dari raja, para pegawainya sampai kepala kampung ikut mengaji. Kitab-kitab yang dipelajari di halaqah adalah Irsyadul Ibad, Fathul Qarib, Minhajut Thalibin, Tanwirul Qulub, Tafsir Jalalain, dan Mukhtarul Ahadits.

Untuk pengajian ini gurunya pilihan, seperti K.H. Amberi Said, K.H. Abd. Rasyid, K.H. Syuaib Magga, dan K.H. Hamzah. Sejak siswa di Mangkoso Sanusi sudah memperlihatkan bakatnya dalam bidang Bahasa Arab (Nahwu), Tafsir, dan Hadits.

Bagi Sanusi, di pesantren itu banyak panutan. Akan tetapi ia mengaku guru yang paling banyak memberi warna pada dirinya adalah K.H. Syuaib Magga, K.H. Hamzah dan K.H. Amberi Said, pimpinan pondok, sendiri.

Seingatnya, selama 8 tahun ia di sana K.H.Syuaib Magga tidak pernah absen memberi pengajian meski yang hadir hanya tiga orang. Kedisiplinan pimpinan pondok sendiri, K.H. Amberi Said, sangat berpengaruh bagi santri. Tokoh inilah yang paling diidolakannya. Kedisiplinan beliau adalah salah satu sifat yang paling dikagumi. Kiai Amberi juga Imam di desa itu. Akan tetapi jabatan sosial itu tidak sedikitpun mengurangi kedisiplinannya di dalam mengajar.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan