Makam Putri Sultan Hasanuddin di Mempawah Kalbar Dikabarkan Terancam Digusur

  • Bagikan

FAJAR.CO.ID, MAKASSAR -- Viral di media sosial makam I Fatimah Daeng Takontu yang berada di Pulau Temajo, Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, dikabarkan terancam digusur.

Hal itu mengemuka di salah satu grup facebook, Suku Makassar Internasional II. Akun @Mulia Mulia pun mengungkapkan kondisi terkini makam putri Raja Gowa ke-XVI, Sultan Hasanuddin, tersebut.

"Assalamualaikum untuk saudaraku semua pecinta leluhur inilah foto kondisi makam nenek kita leluhur kita hari ini .Makam YM I Fatimah Daeng Takontu. DI PULAU TEMAJO MEMPAWAH yang hampir terancam kelestariannya cagar budaya sejarahnya," beber pemilik akun @Mulia Mulia.

Menurutnya, tanah di pemakaman itu telah dimiliki oleh warga yang memiliki sertifikat hak milik Tanah. "Bertepatan di wilayah makam leluhur kita . Untuk saudaraku yang pecinta luhur mari kita bersama-sama menjaganya. Takbir ALLAHU AKBAR, "tulisnya.

Hal senada juga diungkapkan akun Instagram @sissika.nusantara. "Tabe kepada semua pihak yang merasa terkait dengan masalah ini. Terutama Pemerintah Kabupaten Gowa, juga kepada yang tertunjuk selaku orang diTuakan ditanah ini dan memikul amanah sebagai Raja GOA kiranya dapat menyisihkan waktunya sedikit untuk berkordinasi dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat dan lebih khusus kepada Bapak Bupati Menpawah, untuk kiranya dapat memberikan perhatian khusus terhadap Makam leluhur kita yang berada didaerah tersebut," tulisnya.

"Beliau yg dimakamkan disana adalah Putri Sombayya Yang Mulia Sultan Hasanuddin yakni "I FATIMAH DAENGTA KONGTU KARAENGTA CAMPAGAYYA, GARUDA BETINA DARI TIMUR" yang kemudian hijrah kedaerah tersebut setelah cukup lama berjuang melawan VOC dan atas kehendak Allah SWT beliau meninggal dunia didaerah Mempawah dan selanjutnya dikebumikan ditempat tersebut," bebernya.

"Dalam perjalanan waktu yg cukup panjang Makam beliau tetap tenang-tenang saja hingga sekarang ini kemudian tiba-tiba ada seseorang yang kemudian menyatakan bahwa lokasi tanah tersebut adalah miliknya dan kemudian melarang ada aktifitas diatasnya karena merasa dia sebagai pemilik tanah," jelas akun @sissika.nusantara .

"Jujur kami kesal sekaligus lucu sebab jangankan beliau sebagai Pejuang, beliau juga adalah orang yang sesungguhnya pertama kali tiba didaerah tersebut ( Pulau Temajo ) yang jika kita menganut kepada kepemilikan tanah maka beliaulah sesungguhnya pemilik tanah itu dan sangat mengherankan jika ada orang pendatang didaerah itu kemudian merasa dia berhak atas tanah tersebut hanya karena selembar kertas kepemilikan bernama Sertifikat," tulis akun @sissika.nusantara.

Sekadar diketahui, I Fatimah mewarisi jiwa patriotik ayahnya. Bahkan, ia memimpin pasukan wanita atau disebut dengan Pasukan Bainea melawan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC).

Pasca perjanjian Bongaya, sejumlah bangsawan Gowa menolaknya. Di antaranya anak Sultan Hasanuddin, I Manninrori Karaeng Galesong, bersama Karaeng Bontomarannu, dan Karaeng Karunrung. Termasuk I Fatimah bersama Pasukan Bainea juga menolak perjanjian tersebut.

Setelah beberapakali I Fatimah meminta untuk turun berjuang melawan kolonialisme Belanda, ibunya pun akhirnya memberikan restu.

Ia pun dibekali dengan keris. Sumber lain menyebutkan , I Fatimah Daeng Takontu disebut memakai senjata bernama balira untuk melawan penjajah.

Seperti yang ditulis dalam buku “Profil Sejarah, Budaya, dan Pariwisata Gowa”, I Fatimah meninggalkan tanah kelahirannya beberapa bulan setelah Sultan Hasanuddin wafat. I Fatimah diikuti oleh para ratusan pasukan elite menuju Banten.

"Di antara pasukan yang dipimpin I Fatimah, terdapat banyak wanita yang dikenal sebagai Pasukan Bainea (pasukan wanita), yaitu semacam srikandi membantu perjuangan raja Gowa,” seperti yang ditulis dalam buku “Profil Sejarah, Budaya, dan Pariwisata Gowa”. Buku tersebut ditulis oleh Akademisi Unhas, Adi Suryadi Culla, Zainuddin Tika, dan Syahrul Yasin Limpo (SYL).

Jika Sultan Hasanuddin dijuluki oleh Belanda “Ayam Jantan dari Timur”, maka I Fatimah digelari oleh seorang penyair Belanda dengan nama “Garuda Betina dari Timur”.

Sementara itu, Sistem Informasi Database Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Mempawah, menjelaskan, Daeng Fatimah adalah Istri Daeng Talibe yang makamnya terdapat di Desa Sui Bakau Kecil.

Suami Istri ini merupakan Panglima Perang Kerajaan Mempawah, dimana khusus kepada Daeng Fatimah ditugaskan menjaga wilayah perairan Kerajaan Mempawah yang dipusatkan didaerah Pulau Temajo dan tugas ini dijalankannya dengan baik dan penuh tanggung jawab. (eds)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan