Kini Angkat Senjata, Pertahanan Sipil Rakyat Myanmar Masih Berjuang Melawan Kudeta

  • Bagikan

Militer Myanmar memeriksa tiap desa dan menyerang siapa saja tidak peduli tempat dan jenis kelamin. Gereja-gereja yang menjadi tempat perlindungan perempuan dan anak-anak juga diserang. Mereka akhirnya memilih lari ke hutan.

Perlawanan memang tidak imbang. Militer Myanmar punya pengalaman lebih dari 70 tahun untuk menindak warga sipil. Mereka juga memiliki persenjatan senilai lebih dari USD 2 miliar atau setara dengan Rp 28,8 triliun.

Pasukan pemberontak memiliki kapasitas dan sumber daya yang sudah terlatih selama bertahun-tahun. Meski bukan lawan seimbang, setidaknya pertahanan mereka kuat. Tapi, itu berbeda dengan unit perlawanan yang ada di desa dan kota-kota. Mereka hanya memiliki senapan pemburu untuk sekali tembak dan senjata buatan seadanya. Beberapa hanya berlatih bertempur seadanya.

Desa Kin Ma di Pauk, Magway, menjadi bukti nyata betapa tidak seimbangnya kekuatan perlawanan penduduk dan kebengisan militer Myanmar. Desa berpenduduk 800 jiwa tersebut kini sebagian besar telah hangus dan rata dengan tanah. Dua lansia tewas terbakar karena tak mampu lari keluar rumah.

Itu bukan kebakaran biasa. Junta militer bentrok dengan penduduk. Desa tersebut akhirnya dibumihanguskan Selasa (15/6). Sistem pelacakan api satelit NASA mencatat, api terbesar terjadi sekitar pukul 21.52 waktu setempat. Keesokan harinya, hanya ada sekitar 30 rumah yang tersisa. Api telah melahap sekitar 200 rumah. Sejak kudeta, ada sekitar 230 ribu penduduk yang meninggalkan rumahnya dan berlindung di hutan.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan