Karena itu, masjid baru tersebut diberi nama At Thohir. Artinya: suci. Boy Thohir juga yang membantu biaya pelaksanaan renovasi bagian dalamnya.
“Kalau dalamnya boleh diubah total,” ujar Avat, nama panggilan Dwirana Satyavat.
Meski sering ke Los Angeles, saya tidak tahu semua itu. Saya baru tahu pekan lalu. Tidak sengaja. Saya lagi menelepon Boy Thohir. Tidak diangkat. Lalu, saya WA. Tidak segera dijawab. Tumben.
Ternyata ia lagi di Los Angeles. Saat saya telepon itu, ternyata sedang tengah malam di sana. “Ini lagi lihat pembangunan masjid,” kata Boy Thohir sembilan jam kemudian.
“Masjid apa?” tanya saya.
“Sejak saya kuliah di sini kan kita tidak punya masjid. Kasihan orang-orang Indonesia di Los Angeles,” katanya.
Luas tanah yang dibeli itu 8.346 m2. Ada dua bangunan di situ: gereja dan bangunan rumah dua lantai. Sudah lama sekali kosong.
Lokasi masjid itu, tepatnya, di Korean Town, sekitar 2 km dari Konsulat RI di Los Angeles.
Perubahan interior gereja itu cukup besar. Plafonnya dibuat seolah ada dome di atas sana. Padahal, itu hanya desain di interiornya. Perancang interior itu adalah Tariq Abelhadi Architect.
Avat lahir di Surabaya, 62 tahun lalu. Ia besar di Jakarta. Pendidikannya di SMP Katolik Kanisius, Jakarta. SMA-nya di Pangudi Luhur. Lalu, kuliah di akademi sekretariat dan manajerial di fakultas komputer.
Ayahnya laksamana TNI-AL bintang tiga. Campuran Makassar-Jawa. Sudah almarhum. “Pernah menjabat Pangkowilhan,” ujar Avat.
Tahun 1982, Avat ke Los Angeles. Ia melanjutkan kuliah sampai mendapat associate of arts degree (AA) dari Pasadena City College. Bachelor of science degree (BS) dari California State University, Los Angeles. Dan master of business administration degree (MBA) dari West Coast University.