Selama ini santan dari Indonesia itu dicampur dengan air kelapa dari Vietnam –jaraknya lebih dekat. Tapi karena sudah bisa menerima santan dari Indonesia sekalian saja mereka akan impor air kelapa beku dari kita.
“Ayah Anda juga lahir di Manado?” tanya saya.
“Iya pak,” jawabnya.
“Anda generasi ke berapa yang lahir di Manado?” tanya saya.
“Saya pribumi Manado pak,” jawabnya.
Awalnya saya benar-benar menyangka Jeffry itu Tionghoa –melihat wajah dan kegigihannya.
Jefry hanya tamat SMA di Manado –SMA Katolik Don Bosco. Lalu merantau ke Surabaya.
Ayahnya seorang tukang, terutama tukang cat. Ikut orang. Tidak mampu menyekolahkan Jeffry ke universitas.
Di Surabaya, Jeffry bekerja jadi penunggu toko buku di jalan KH Mas Mansyur. Hanya sebentar. Lalu jadi pegawai ekspedisi. Selama 4 tahun.
Dari situlah Jeffry mengetahui seluk beluk ekspedisi. Lalu ia bikin usaha ekspedisi sendiri kecil-kecilan. Khusus untuk jurusan Surabaya-Manado.
Usaha Jeffry berkembang. Ia bisa beli kapal kecil. Lalu beli lagi, beli lagi. Berkembang terus. Ia pernah punya 15 kapal.
Di Surabaya, Jeffry bertemu wanita Tionghoa asal Makassar. Itulah istrinya. Yang memberinya anak kembar –wanita semua (Lihat foto). Anak-anak itu kini terjun di perusahaan sang ayah. Memegang keuangannya.
“Semua kapal sudah saya jual. Saya konsentrasi di pabrik kelapa,” ujar Jeffry.
Karena itu Jeffry sangat khawatir akan krisis kontainer ini.
“Tolong Pak, bagaimana keadaan ini bisa mendapatkan jalan keluar,” ujarnya. Ia pun memberikan tabel kenaikan sewa kontainer yang begitu cepat.