“Kapan persoalan ini akan selesai?” tanya saya kepada Charles Menaro.
“Tidak ada yang tahu,” jawabnya.
Menurut Charles, sekarang ini, beberapa perusahaan pelayaran memang lagi memesan kapal. Tapi kan baru jadi akhir 2022. Berarti krisis ini bisa sampai 2024.
Semula, saya kira, krisis ini hanya akibat ketidakseimbangan antara ekspor dan impor. Terlalu banyak ekspor. Impornya sedikit. Akibatnya lebih banyak kontainer yang pergi daripada yang datang.
Problem seperti itu pernah terjadi di Tiongkok. Dua tahun lalu. Khusus jurusan Tiongkok–Amerika Serikat.
Anda pun sudah tahu, Tiongkok terus meningkatkan ekspor ke Amerika. Tapi impornya menurun. Akibatnya kontainer-kosong lebih banyak numpuk di Amerika. Sampai-sampai Tiongkok mengangkut kontainer kosong itu kembali ke Tiongkok.
Yang terjadi sekarang ini ternyata bukan seperti itu. Lebih parah. Sudah bisa dibilang krisis. Tidak lagi hanya persoalan kontainer tapi juga kelangkaan kapal.
“Sudah sejak dua tahun lalu tidak ada orang membeli kapal baru,” ujar Charles.
Harga komoditas ekspor pun akhirnya ditekan. Kenaikan ongkos kontainer itu dibebankan pada muatan yang akan dimasukkan ke kontainer.
Menteri kesehatan memang masih sibuk dengan Covid-19. Kini giliran menteri perdagangan yang harusnya tidak kalah pusingnya.
(disway)