BPS mencatat, pengeluaran konsumsi rumah tangga bertumbuh sebesar 7,55 persen di Q2 2021 (y-on-y) dan 1,80 persen di Semester I 2021 (c-to-c). Pertumbuhan ini mampu memberi daya ungkit yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi Sulsel, mengingat komponen ini menyumbang lebih dari setengah terhadap pembentukan PDRB.
Pertumbuhan komponen ini tampaknya dipicu oleh efek inflasi yang tetap terjaga. Berdasarkan rilis data BPS, laju inflasi sepanjang paruh pertama 2021 hanya 2,15 persen, tetap berada pada rentang target inflasi Bank Indonesia. Angka ini juga relatif lebih rendah dibandingkan dengan inflasi paruh pertama tahun sebelumnya, yang memungkinkan aktivitas konsumsi masyarakat tetap terjaga.
Demikian pula PMTB, juga bertumbuh kuat di Q2 2021 yaitu 7,71 persen, yang merupakan
angka tertinggi selama pandemi. Selama paruh pertama 2021, PMTB tumbuh sebesar 3,02 persen, berada di atas pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah tangga.
Mengingat PMTB merupakan penyumbang terbesar kedua terhadap PDRB setelah pengeluaran konsumsi rumah tangga, maka setiap kali terjadi peningkatan PMTB akan memberi pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Agus menjelaskan, selain pengeluaran konsumsi rumah tangga dan PMTB, komponen pengeluaran konsumsi pemerintah dan ekspor juga memberi dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi.Selama paruh pertama 2021, pengeluaran konsumsi pemerintah dan nilai ekspor tumbuh
positif masing-masing sebesar 8,62 persen dan 11,10 persen (y-on-y).
"Situasi ini tidak terlepas dari membaiknya daya serap anggaran dan meningkatnya nilai ekspor beberapa komoditas, terutama nikel; rumput laut; garam, belerang dan kapur; ikan, udang, dan hewan air lainnya, seiring dengan membaiknya permintaan global,"sebutnya.