FAJAR.CO.ID, MAKASSAR - Rantai pasok domestik terutama pada Kawasan Timur Indonesia (KTI) diperhadapkan pada tekanan ekstrim seiring dengan terjadinya kelangkaan kontainer hingga keterbatasan ruang kapal logistik.
Untuk skala yang lebih besar, itu bisa membuat rantai pasok memburuk dan memiliki efek ganda terhadap ketersediaan barang hingga harga-harga melambung sehingga menahan upaya pemulihan ekonomi dampak pandemi.
Yang paling kentara adalah pengiriman komoditas-komoditas primer dari Sulawesi Selatan ke sejumlah provinsi di KTI, tertahan di Pelabuhan Makassar lantaran tidak memadainya ketersediaan kontainer serta diperparah frekuensi serta ruang kapal yang menyusut.
Adapun pada kondisi kelangkaan kontainer (container shortage) di Makassar, diketahui telah terjadi dalam sebulan terakhir padahal suplai mulai berada pada level produktif disertai dengan permintaan pada daerah tujuan pengiriman yang terus bergerak moderat mengikut tren pemulihan ekonomi.
Ketua Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Sulselbar, Syaifudin Saharudi mengemukakan kelangkaan kontainer dan persoalan ketersediaan ruang (space) kapal menjadi persoalan pelik yang menjadi momok pemulihan ekonomi dari sisi sentimen logistik.
"Belum lagi tarif freight (uang tambang) juga naik periodik. Bulan oktober ini saja ada kenaikan besarannya 15% sampai 20%. Serta per tgl 25 oktober nanti akan naik lagi sekitar 20 % . Tetapi bukan itu pokok permasalahan utamanya, namun ini terjadi shortage kontainer dan sulitnya ketersediaan space kapal," urai pria yang karib disapa Ipho, Minggu (17/10/2021).