Karena butuh anggaran yang tidak sedikit, infrastruktur Wisata Dolli baru rampung dalam dua tahun pembiayaan. Tahap pertama menyerap Rp 545 juta dari Dana Desa Tukamasea 2019. Tahap kedua di 2020 sebanyak Rp 585 juta. Totalnya Rp 1,130 miliar. Walhasil, terbangunlah 2 kolam permandian, 1 mushalla, 1 kantin berisi 10 lods, 4 WC dan 6 baruga. Termasuk pula gapura selamat datang dan pos masuknya, kawasan parkir, trek jalan batako dan trek jalan jembatan kayu bagi yang ingin jalan santai menikmati panorama persawahan yang dikelilingi bukit-bukit karst.
"Semua masyarakat desa yang kerja, mulai desainnya, bangunannya dan kedai-kedainya, sampai selesai," tambah Makmur.
Tak lama setelah diresmikan di tahun 2020, debut Permandian Dolli langsung viral. Pengunjung pun berdatangan. Memang masih terbatas dari masyarakat Makassar, Pangkep dan Maros sendiri. Pada Sabtu, Minggu dan hari libur, tempat ini akan ramai. Makmur dan pengurus Bumdes pun dibuat bersemangat dari penghasilan Permandian Dolli. Pengurus Bumdes yang tadinya hanya lima orang, kini ditambah menjadi lima kali lipat, 25 orang. Mereka mengelola karcis, parkir, sewa baruga, sewa tempat berjualan, sewa pelampung dan lainnya.
"Manfaatnya sekarang dirasakan oleh masyarakat desa. Banyak yang tadinya menganggur sekarang punya pekerjaan. Kita berharap tempat ini semakin terkenal dan ekonomi masyarakat bisa lebih maju," timpal Ona Sitrawari, Direktris Bumdes Karya Bersama.
Terkenalnya Permandian Dolli ikut memengaruhi citra Bumdes Karya Bersama. Tahun ini, Bumdes Tukamasea menjadi objek studi banding pemerintah daerah dari Gorontalo dan Kalimantan Selatan. Bumdes Karya Bersama, dianggap berhasil mengelola dana desanya dengan baik.