FAJAR.CO.ID, MAKASSAR -- Paham radikalisme dan terorisme di Sulsel menghawatirkan. Peristiwa bom Gereja Katedral Makassar 28 Maret 2021 dan penangkapan sejumlah orang diduga terkait terorisme di Sulsel menjadi bukti banyaknya paham terlarang itu.
Ikatan Mahasiswa Muhammdiyah (IMM) Fakultas Hukum (FH) Unhas dan Cangkir Opini membahasnya dalam dialog keumatan mengenang tragedi katedral dengan tema "Wasatiyah Islamiyah dan Indonesia yang Ramah".
Kegiatan itu dilaksanakan dengan menhadirkan tiga pemateri, yaitu Wakil Ketua PWM Sulsel Mustari Bosra, Eks Napiter Sulsel Muchtar Dg Lau, dan Intelektual Muda Muhammadiyah Fajlurrahman Jurdi. Berlangsung di Hotel Dalton Makassar, Minggu (12/9/2021).
Ketua Umum Fikom IMM FH Unhas, Tenri Kanna mengatakan, dialog ini dilaksanakan atas keprihatinan kondisi modernitas agama saat ini.
IMM kata dia sangat menyayangkan ketika ada oknum-oknum yang membawa agama untuk melancarkan kejahatan namun membawa agama tertentu.
"Makanya kita (IMM) selalu memikirkan cara untuk mempererat silaturahmi dengan saudara daru berbagai golongan untuk menyatukan persepsi," katanya.
Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulsel, Mustari Bosra dalam materinya berjudul "Muhammadiyah dan Modernisasi Agama", mengatakan
Muhammadiyah itu gerakan Islam dan dakwah yang bersumber dari Al-Qur'an dan As-sunnah. Tujuannya enegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam.
Sehingga kata dia terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya yang bersifat moderat. "Seperti yang dikategorikan sekarang ini yaitu Islam yang moderat atau Islam Wasatiyah," ujarnya.