Kedua, Yesus dalam Islam (Alquran) dirujukkan sebagai Anak Maryam (Ibnu Maryam), hamba Allah (Abdullah), dan juga sebagai “kalimat Allah” sebagai gambaran penciptaannya dengan perintah “Kun” tadi. Karenanya asumsi atau keyakinan yang mengatakan bahwa Yesus adalah anak Tuhan ditolak secara tegas oleh Islam. Sekaligus dianggap sebagai pelanggaran Tauhid (syirik) yang berbahaya.
Ketiga, Sebagaimana nabi dan rasul lainnya Yesus juga mendapatkan penjagaan khusus (al-Ishmah). Mereka dikenal dengan hamba-hamba Allah yang ma’shum (divinely protected). Tetapi secara khusus Allah memberikan penjagaan kepada Yesus, merujuk kepada penjagaannya sejak dari awal kehidupan Ibundanya tercinta, Maryam binti Imran. Keyakinan ini sekaligus menolak dengan tegas tuduhan jahat masyarakat Yahudi ketika itu bahwa Yesus adalah anak jada (zina) antara Ibunya dan Yusuf si tukang kayu (the carpenter).
Keempat, Allah mengharuskan Umat ini meyakini semua nabi dan rasul secara merata (laa nugarriqu baena ahadin minhum). Bahwa mereka semua sama. Sama-sama diutus oleh Allah, membawa fondasi ajaran yang sama, dan untuk tujuan kemanusiaan yang sama. Karenanya Islam mengharuskan Umat ini meyakini Yesus sebagai satu dari nabi dan rasul yang telah diutus dan diberikan wahyu (Injil) oleh Allah. Tanpa mengimaninya merupakan pengingkaran kepada seluruh nabi dan RasulNya. Lebih dari itu dalam Islam, Yesus dianggap satu dari Lima Nabi/rasul bergelar “ulul azmi”. Mereka adalah Nuh, Ibrahim, Musa, Yesus dan Muhammad (alaihim as-salam).