Kelima, sebagaimana nabi dan rasul lainnya masing-masing telah dikaruniai mukjizat tertentu. Yesus dalam Islam/Alquran dikaruniai banyak mukjizat bahkan lebih dari mukjizat yang disebutkan dalam Kitab Injil. Satu di antara mukjizat itu adalah kemampuan berbicara sejak bayi, merespons tantangan umatnya (Bani Israil) kepada ibunya saat itu.
Keenam, sebagaimana nabi dan rasul lainnya Yesus pun diutus untuk membawa dan menyampaikan misi kerisalahan. Yaitu mengajak manusia kepada “penyembahan yang tunggal” (Tauhid) atau “laa ilaaha illa Allah”. Hal ini merupakan penegasan bahwa lahirnya Yesus bukan untuk dikorbankan (diselingi) demi menebus dosa Ayah (Adam) dan Ibu (Hawa) manusia. Karena memang Islam tegas menolak konsep dosa yang dikenal dengan dosa asal (original sin) itu.
Ketujuah, karena Islam menolak konsep dosa asal dan menolak keyakinan jika Yesus dilahirkan untuk dikorbankan sebagai tebusan dosa maka dengan sendirinya Islam/Alquran menolak konsep “penyaliban” Yesus. Islam meyakini bahwa Yesus telah diselamatkan dengan diangkat oleh Allah ke sisiNya. Apapun makna “yarfa’u ilaihi” (Allah mengangkat kepadaNya) biarlah Allah Yang Maha Tahu kelak menampakkan hakikatnya.
Kedelapan, Islam meyakini bahwa karena Yesus itu terlahir dari kalangan Bani Israil juga sekaligus diutus khusus (hanya) kepada Bani Israil. Dan karenanya cakupan ajaran agama, khususnya hukum-hukum agama yang dibawanya tidak terpisah dari Taurat atau hukum-hukum agama yang telah dibawa oleh Musa alaihi as-Salam sebelumnya. Ini berarti bahwa Yesus itu tidak membawa hukum agama (syariat) baru. Tapi sekadar melanjutkan atau membenarkan praktik-praktik agama Bani Israil yang melenceng dari ajaran Musa.