Lanjut Ishaq, konflik Rusia - Ukraina yang sekarang berkembang menuju eskalasi yang makin memprihatinkan memang akan mempengaruhi konstalasi politik dan hubungan internasional. Apalagi, pada perkembangan terbaru, Amerika Serikat dan Eropa mulai mengirim sinyal akan terlibat melalui NATO.
Dalam HI, perang sebenarnya merupakan kelanjutan dari diplomasi. Idealnya, konflik dan perbedaan pendapat antarnegara diselesaikan di meja perundingan. Negara-negara di dunia cenderung berusaha semaksimal mungkin untuk mencegah terjadinya perang terbuka, apalagi yang bereskalasi besar.
Pelajaran akan kehancuran total pada perang dunia pertama dan kedua menjadi alasan utama kenapa negara-negara menghindari perang.
Ishaq menyebut, dalam konflik Rusia dan Ukraina ini, nampak jelas bahwa langkah penyelesaian melalui meja perundingan menemui jalan buntu. Apalagi, Rusia yang merupakan negara pecahan Uni Sovyet terbesar dan paling dominan (Ukraina juga adalah sama-sama pecahan Uni Sovyet) merasa lebih kuat dan lebih berkuasa.
"Saya pribadi menduga, ada faktor lain yang membuat eskalasi ini meningkat. Keliatannya, ada perbedaan kepentingan bukan saja antara Rusia dan Ukraina, tapi juga Rusia dengan negara-negara Barat (Amerika dan Eropa). Sehingga, jika perang benar-benar terjadi (dalam artian Rusia benar-benar menyerang Ukraina), itu sebenarnya adalah fenomena yang dalam HI disebut "proxy by war","bebernya.(ikbal/fajar)