FAJAR.CO.ID, JAKARTA-- Direktur Eksekutif Indonesia Future Studies (Infus) Gde Siriana Yusuf ikut berkomentar terkait naiknya harga kedelai di Indonesia.
Diketahui, kedelai menjadi bahan utama pembuatan tahu dan tempe. Selama ini, Indonesia ketergantungan pasokan kedelai impor hingga 80-90 persen.
Gde Siriana mengaku heran, sebab kenaikan harga dan kelangkaan kedelai hampir berulang setiap tahun.
"Kita makan kedelai bukan untuk jd bangsa keledai. Tapi setiap tahun selalu trjadi kelangkaan kedelai. Tidak pernah belajar," kata Gde Siriana dikutip Fajar.co.id di akun Twitternya, Senin (21/2/2022).
Yang lebih parah, kata Gde Siriana kali ini pemerintah menyalahkan babi di China sebagai salah satu penyebab tingginya harga kedelai ini.
" Parahnya kali ini, kita kalah rebutan kedelai dengan babi di China," sindir Gde Siriana.
Sebelumnya, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengungkapkan harga kedelai impor Indonesia tidak hanya dipengaruhi oleh masalah El Nina di kawasan Amerika Selatan.
Harga kedelai per gantang yang semula US$12 dolar naik menjadi US$18 per gantang ini juga dipicu oleh kebutuhan besar pakan ternak babi di China. Sebanyak lima babi baru di China diberi pakan kedelai.
"Awalnya peternakan babi uang tak makan kedelai, sekarang [babi di China] makan kedelai. jadi demand sangat tinggi," ujar Lutfi dikutip dari Antara.(msn/fajar)