Angka Pertumbuhan Covid-19 Sangat Tinggi, Tapi Ketersediaan Kamar di RS Masih Terkendali, Indonesia Belum Mau Rem Darurat

  • Bagikan
ILUSTRASI. Meskipun peningkatan kematian hingga 14 kali lipat dibandingkan 1 Januari lalu, namun jumlahnya jauh lebih sedikit dari gelombang pertama. (HARITSAH ALMUDATSIR/JAWA POS)

FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Gelombang varian Omicron dari Covid-19 diyakini masih bisa dikendalikan. Hal itu terlihat dari angka perawatan di rumah sakit di mana angka ketersediaan tempat tidur (BOR) baru sekitar 30an persen dihuni oleh pasien Covid-19. Sehingga, perekonomian dan kegiatan masyarakat juga masih bisa berjalan dengan aman dan tetap mematuhi protokol kesehatan.

Dalam webinar Bank DBS Indonesia pada Asian Insights Conference 2022 dengan tema ‘Economy and Environment: Towards a Revolutionary Future’, ‘The Road to Endemic-Finding Normal in New Normal’, Presiden Direktur PT Bank DBS Indonesia Paulus Sutisna mengatakan sektor perekonomian optimis dengan adanya program vaksinasi dapat berjalan lancar dan situasi pandemi terkendali dengan baik. Sehingga daya beli akan secara bertahap kembali normal.

“Maka ekonomi mulai pulih dan meningkatkan kesempatan kerja serta tingkat produksi sehingga membawa manfaat signifikan terhadap perekonomian Indonesia,” kata Paulus dalam webinar, Kamis (24/2).

Juru Bicara Vaksinasi Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan dilihat dari sisi keterisian perawatan rumah sakit (Bed Occupancy Rate atau BOR), pada gelombang varian Delta secara nasional mencapai lebih dari 60 persen. Saat ini tingkat keterisian perawatan rumah sakit nasional berada pada 30 persen. Menurutnya saat ini masih terkendali dan belum memerlukan rem darurat.

“Sehingga dalam segi penanganan, belum perlu dilaksanakan penarikan rem darurat, tetapi pemerintah tetap memberlakukan pembatasan mobilitas dan PPKM level 3, dibarengi dengan percepatan vaksinasi, testing, dan tracing,” ungkap Nadia.

Ia percaya bahwa penanganan Covid-19 memerlukan upaya dari hulu ke hilir. Apabila deteksi dini, edukasi bagi masyarakat, serta langkah-langkah pencegahan merupakan strategi yang dilakukan di hulu untuk pengendalian transmisi, maka transformasi layanan kesehatan yang disiapkan Kementerian Kesehatan tersebut diperlukan untuk penanganan kasus di hilir, ketika seseorang telah dinyatakan positif Covid-19. Sehingga diharapkan dengan adanya transformasi ini, fasilitas-fasilitas kesehatan di Indonesia dapat lebih siap menanggapi kasus dan telah dilengkapi dengan sumber daya yang mumpuni.

Nadia menjelaskan bahwa jika dibandingkan dengan gelombang kasus varian Delta pada pertengahan 2021, di mana puncak kasus positif mencapai angka 56.000, saat ini pemerintah melihat adanya tren peningkatan jumlah kasus dengan varian Omicron yang sudah menyentuh angka 64.700 pada pertengahan Februari 2022. Hal ini tentu menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat. Akan tetapi, pemerintah terus memantau tren dan pola tersebut serta optimis dapat menekan transmisi varian Omicron.

“Tentunya kita harus bersiap-siap dan waspada akan datangnya gelombang ketiga setelah melihat pola peningkatan kasus positif Covid-19 saat ini. Setelah menghadapi gelombang pertama dan kedua, serta dengan melihat perkembangan dan langkah yang diambil oleh negara lain, kita semakin memahami pola transmisi Covid-19 khususnya saat ini varian Omicron. Jika pada gelombang kedua, tingkat kematian per hari dapat mencapai 2.500, pada varian Omicron kali ini, tingkat kematian jauh lebih rendah dengan angka 180,” tambahnya.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan sejauh ini Indonesia telah mengalami dua gelombang dalam perkembangan kasus Covid-19. Melihat pemetaan secara global, terdapat banyak negara yang sudah mencapai gelombang keempat Covid-19, di mana jumlah kasus positif pada gelombang ini dapat mencapai tiga sampai enam kali lipat jika dibandingkan dengan tiga gelombang
sebelumnya.

“Tentunya Indonesia pun tak luput dari peningkatan ini, melihat sifat virus Covid-19 yang tidak mengenal batas wilayah. Saat ini pemerintah melalui Kementerian Kesehatan telah mempersiapkan enam pilar transformasi untuk menangani Covid-19, yaitu transformasi layanan dasar kesehatan, transformasi sektor kesehatan, transformasi sistem kesehatan, pendanaan, transformasi sumber daya manusia, serta teknologi kesehatan,” kata Budi. (jawapos/fajar)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan