FAJAR.CO.ID, MAKASSAR-- Indonesia akan memiliki 10 pelabuhan dengan rute pelayaran langsung. Barang ekspor dan impor tak lagi singgah di Singapura.
Makassar New Port (MNP) sudah memulai pelayaran langsung internasional. Komoditas Sulsel langsung ke negara tujuan. Tanpa transit lagi di Singapura, biaya logistik irit 30 persen.
Ini menjadi kabar baik. Apalagi biaya logistik Indonesia saat ini masih tinggi. Mendekati 26 persen. Target pemerintah ke depan, biaya logistik bisa ditekan hingga 15 persen.
Menko Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan, mengemukakan, pelayaran langsung internasional dari Makassar akan menguntungkan pengusaha di Sulsel. Sebab, kata dia, selama ini pelayaran terlalu banyak transitnya.
Di Indonesia saja, komoditas ekspor asal Sulsel harus transit di Jakarta atau Surabaya. Selanjutnya transit lagi di Singapura. Kondisi ini kata Luhut membuat kegiatan perdagangan internasional sulit bersaing dengan negara lainnya.
”Sekitar empat tahun lalu saya ke sini (Makassar,red). Saat itu saya lihat, kenapa kok semua (komoditas,red) harus ke Jawa, akhirnya hight cost,” ujar Luhut saat hadir di acara Bank Indonesia (BI) di Anjungan Pantai Losari, Kamis, 24 Februari.
Menurut Luhut, direct call sudah berdampak langsung ke pertumbuhan ekonomi Sulsel. Pada 2021 lalu, nilai ekspor Sulsel mencapai US$135.60 juta atau setara dengan Rp1,9 triliun. Itu terdongkrak adanya pelayaran langsung internasional.
"Direct call ini berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan," sebutnya.
Saat ini lanjut Luhut, Indonesia tengah menggagas sepuluh pelabuhan yang disiapkan melawan dominasi Singapura. "Jadi tidak ada lagi feeder ke Singapura. Kita harus berdiri sendiri,” lanjutnya.
Luhut bercita-cita biaya logistik Indonesia bisa ditekan serendah-rendahnya.
"Sekarang di pelabuhan kita itu hampir 26 persen cost-nya. Tetangga kita itu sekarang cuma 13 persen. Jadi target kita sampai tahun 2024 itu harus turun sampai 17 persen. Tapi saya bilang, saya mau 15 persen,” terangnya.
Sehingga, Luhut meminta pemerintah daerah melakukan peningkatan volume ekspor. Termasuk menggali potensi-potensi komoditas ekspor baru.
”Apa lagi kalau bicara soal Bugis, itu kan fighter semua. Jadi saya titip ini sama pak Gubernur,” tegasnya.
Hal ini langsung direspons Plt Gubernur Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman. Kata Sudirman, pertumbuhan ekonomi Sulsel berada di atas pertumbuhan ekonomi nasional. Hal itu juga banyak ditopang UMKM, termasuk kegiatan ekspor.
Sebab, Sudirman mengaku untuk saat ini Sulsel tidak hanya fokus pada perusahaan besar saja untuk melakukan ekspor. Tetapi juga sudah mulai melibatkan pengusaha di sektor UMKM.
"Pertumbuhan ekonomi Sulsel 2021 berada di angka 4,65 persen, di atas rata-rata nasional. Itu tidak lain karena kerja sama kita semua dalam mendukung UMKM dan ekspor,” jelasnya.
Sudirman juga mengatakan, potensi komoditas ekspor di Sulsel terus digali. Yang belum ada terus dicari dan diciptakan, sementara yang sudah ada terus ditingkatkan.
”Yang dikirim bahkan sampai kotoran hewan kelelawar untuk jadi pupuk. Rumput laut juga meningkat sampai 500 persen,” jelasnya.
Biaya Menurun
Hadirnya direct call ini dinilai bisa menjadi solusi. Biaya bisa lebih ringan, dan perjalanan pengiriman juga bisa lebih cepat. Sehingga, perputaran aktivitas ekspor lebih maksimal.
”Kalau bisa cepat dan murah, tentu sangat bagus. Pengusaha semangat, pendapat daerah juga bagus. Karena perputarannya lancar,” kata Ketua DPD Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Sulselbar, Arief Rachman Pabettingi.
Sementara berkaitan dengan komoditas ekspor yang masih langka tetapi punya nilai jual tinggi, pihaknya tengah berkomunikasi dengan banyak pihak. Yang terbaru, selain kotoran kelelawar, ada biji mete yang dinilai sangat menjanjikan.
”Mete itu bagus prospeknya. Harga di Gelael saja, yang bijinya itu dijual Rp400 ribu satu bungkus, sekitar satu kilo. Apalagi di luar negeri, pasti lebih mahal. Terus kulitnya juga laku untuk pakan hewan. Belum lagi kalau bijinya dihaluskan, lebih mahal itu,” terangnya.
Mampu Layani 140 Ribu TEUS
Sebagai informasi, MNP Tahap 1A telah dioperasikan sejak November 2018, sedangkan Tahap 1B dan 1C sedang dikerjakan.
Kondisi eksisting Makassar New Port saat ini telah memiliki lapangan penumpukan peti kemas seluas 16 hektare dengan panjang dermaga 360 meter, yang dengan hadirnya akses jalan tol MNP pada tahun 2023 diproyeksikan mampu melayani 900 ribu TEUs peti kemas.
Progres pembangunan fisik Proyek Strategis Nasional (PSN) MNP sendiri sudah mencapai 85 persen. Hal itu dilaporkan Project Management Officer (PMO) Investasi Pelindo Regional 4, Arwin di Makassar, belum lama ini.
“Seperti kita ketahui bersama, Makassar New Port (MNP) Tahap 1A telah dioperasikan sejak November 2018 lalu, dan saat ini yang sedang dikerjakan adalah Tahap 1B dan 1C,” bebernya.
Di tahap 1B dan 1C, kata Arwin, pihaknya sedang mengerjakan konstruksi dengan kegiatan produksi dan instal beton precast, pengecoran beton in-situ dermaga, pekerjaan lapis pondasi paving block, serta rehandling.
Dia menuturkan, pada tahun lalu, PSN yang diresmikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 2015 ini telah melayani bongkar muat peti kemas sebanyak kurang lebih 140.000 TEUs. Angka itu tumbuh hampir 50 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Kedepannya, secara total untuk Tahap 1 MNP memiliki dermaga dengan panjang 1.600 meter dan lapangan penumpukan petikemas seluas 50 hektare dengan kapasitas 2,5 juta TEUs.(*/fajar)