FAJAR.CO.ID, MAKASSAR-- Cadangan listrik Indonesia kian membengkak. Jika pasokan ini tidak terserap, akan membenani biaya operasional PLN.
Khusus cadangan listrik di wilayah Sulawesi Selatan, Tenggara dan Barat (Sulselrabar) saja sudah surplus 874,5 Megawatt (MW) atau 36,29 persen. Daya mampu kelistrikan di Sulselrabar mencapai 2.409,7 Megawatt. Beban puncak 1.535 MW.
Kelebihan pasokan ini bisa menjadi kabar baik. Bisa mendatangkan investor sebanyak-banyaknya. Konsumsi listrik pada 2021 naik hingga 15,5 persen.
Tahun ini diperkirakan tumbuh lebih tinggi lagi seiring meningkatnya aktivitas ekonomi. Pada September 2021 lalu, jumlah pelanggan PLN di Sulselrabar sebanyak 3.486.743.
Pakar Energi Universitas Hasanuddin (Unhas), Musri, mengemukakan, ketika ada suplai besar tetapi tidak termanfatkan pasti akan berpengaruh terhadap operasional PLN. Olehnya itu, PLN perlu menggenjot agar konsumsi listrik naik.
Namun kata Musri, konsumsi listrik linear dengan pertumbuhan ekonomi. Ketika pertumbuhan konsumsi energi rendah itu mencerminkan pergerakan ekonomi yang tidak stabil. Beberapa daerah terjadi devisit penggunaan energi karena faktor pandemi.
"Karena akses perekonomian seperti industri tidak bergerak dan hotel-hotel juga sepi," ucapnya, Jumat, 25 Februari.
Dia menuturkan, dalam penyediaan daya PLN, pencadangan sekitar 20-30 persen. Namun jika lebih dari itu, berarti terjadi kelebihan suplai.
Maka dari itu, anggota Dewan Energi Nasional ini menuturkan untuk saat ini PLN harus melakukan efesiensi. "Karena tidak mungkin menaikkan tarif, sebab bisa menjadi korban. Selama ini juga perekonomiannya tergerus," ucapnya.
Dia juga menyarankan aga PLN mempertimbangkan investasi-investasi yang tidak perlu dalam waktu dekat ini. Sambil melihat pertumbuhan konsumen dan memantau perbaikan ekonomi secara makro baik nasional maupun global. Kemudian dari pemerintah tentu harus mengambil kebijakan yang arif dan bijaksana.
"Tidak mengorbankan PLN selaku perusahaan negara yang bisa survive sebagai perusahaan yang memberikan pelayanan publik," bebernya.
Musri mengatakan Sulsel saat ini dari sektor penyedia listrik cukup baik. Termasuk segi baurannya sudah melampaui energi nasional.
"Kita ada PLTB, ada PLTA sejak dulu berproduksi, sampai sekarang ada proyek baru di Sadan Toraja. Di Sidrap dan Jeneponto bagus dari energi listrik," jelasnya.
Dia menuturkan, mengembangkan energi ke sumber ramah lingkungan adalah keniscayaan. Bahkan, hal ini kata dia, harusnya tidak hanya ditangani oleh sektor energi tapi juga organisasi industri.
"Teknologi saat ini berkembang sangat cepat jadi industri otomotif kita juga harus sejalan semua. Target kita 2025 bauran energi kita harus 23 persen energi baru terbarukan (total; transportasi, listrik, komersil dan industri)," ungkapnya.
Menurutnya, 23 persen itu setiap daerah harus mencapainya untuk energi baru terbarukan. "Coba dibayangkan, 10 tahun lalu dikejar elektrifikasi dengan pembangunan PLTU tapi tiba-tiba sekarang tuntutan dunia untuk membatasi penggunaan batu bara artinya ini
tantangan berat," ujarnya.
Genjot Konsumsi
General Manager PLN Unit Induk Wilayah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat (UIW Sulselrabar), Awaluddin Hafid, surplus tinggi terjadi pada Januari. "Surplus daya di sistem kelistrikan kita di Sulsel adalah 874,5 MW atau 36,29 persen," ucapnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, adanya surplus tersebut pihaknya senantiasa akan melakukan pergerakan untuk dapat melakukan pemasaran. Dengan menawarkan beberapa promo.
"Surplus listrik yang ada kami coba pasarkan ke pelanggan dengan berbagai macam promo misalnya tambah daya untuk menggenjot penggunaan kompor induksi dan kendaraan listrik," tuturnya.
Sasar Smelter
Ia juga menjelaskan bahwa saat ini pihaknya sedang mempersiapkan infrastruktur tambahan. Sebab ada beberapa proyek strategis yang akan masuk ke wilayah Sulselrabar.
"Kita akan lakukan penambahan infrastruktur lagi karena tahun-tahun ke depan ada beberapa pelanggan smelter yang akan masuk," terangnya.
Sebelumnya, Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo mengakui rendahnya konsumsi listrik karena dampak pandemi membuat oversupply terjadi.
Ia juga bahkan mengakui saat ini banyak pembangkit PLN yang terpaksa tidak dioperasikan secara penuh.
"Tahun ini saja (surplus) 7 GW lebih. Ini membuat aset kami under utilize dan mempengaruhi kesehatan keuangan PLN," ujar Darmawan. (msn/fajar)