FAJAR.CO.ID, MAKASSAR -- Musyawarah Besar Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Universitas Hasanuddin (Unhas) telah selesai.
Ketua baru penerus Jusuf Kalla yang terbilang sukses mendudukinya selama 25 tahun terakhir telah terpilih. Suksesor JK ialah Andi Amran Sulaiman.
Dalam pemilihan yang dilakukan secara voting, Amran berhasil meraup 82 suara. Unggul telak dari pesaingnya Haedar A Karim dengan 42 suara dari total 125 suara pemilih sah yang digelar pada 4-6 Maret 2022 di Hotel Four Points Makassar.
Guru Besar Fisika Teoretik FMIPA Universitas Hasanuddin, Prof Tasrief Surungan berharap Andi Amran Sulaiman sukses mengemban amanah.
Di sisi lain, Prof Tasrief juga menitipkan pesan bahwa kepengurusan IKA Unhas nantinya dapat dirasakan secara nyata oleh alumni, terutama oleh lulusan baru (fresh graduate).
Ia mengatakan, impian bagi seorang sarjana adalah sesegera mungkin mendapat pekerjaan. Ini tentu tidak mudah sebab terdapat sejumlah faktor pendukung, selain kualitas alumni (kualitas kesarjanaan), juga kapasitas daya serap bursa kerja.
Di negara maju, seperti Jepang, banyak sekali tersedia lapangan pekerjaan. Hal itu merupakan konsekuensinya sebagai negara industri.
Maka, di Jepang, pada umumnya calon-calon sarjana, sudah mendapat tempat bekerja sebelum mereka lulus.
Wawancara rekruitmen tenaga kerja baru di perusahaan biasanya dijadwal secara masional pada musim-musim menjelang wisuda, sekitar Februari-Maret.
"Jadi, katakanlah pekan ini mereka wisuda sarjana, pekan depan mereka sudah bekerja," kata Prof Tasrief kepada fajar.co.id, Minggu (6/3/2022).
Lebih lanjut dikatakan, gambaran ini tentu sangat ideal bagi kita di Indonesia, namun itu sesuatu yang lumrah di negara maju.
Dengan gambaran ini, tantangan IKA adalah bagaimana bersinergi dengan pihak almamater termasuk fresh graduate (alumni baru), yang notabene merupakan anggota baru, segera terserap dalam bursa kerja.
"Artinya, IKA Unhas, melalui para seniornya yang sudah mapan, harus benar-benar menjadi mitra almamater sekaligus mitra pemerintah dalam mengantar para fresh gradute mewujudkan impian mereka," paparnya.
IKA juga menurut Prof Tasrief, perlu fokus pada pemberdayaan anggotanya, terutama yang paling junior, alias adik bungsu mereka.
Jika ini dapat dilakukan secara sistematis, maka IKA telah mengambil peran yang sangat signifikan dalam menghindarkan istilah sarjana pengangguran.
Pada sisi lain, perlu program-program magang kewirausahaan yang diwadahi atau dimediasi oleh IKA sedemikian calon alumni yang kelak hadir sebagai anggota baru, mereka justru menciptakan lapangan pekerjaan baru.
Artinya, perlu ada sekian persen (tidak banyak), yang memang diberi peluang atau dilatih sebagai wirausaha.
"Saya yakin, kapasitas Ketua IKA yang baru, dengan rekam jejak sebagai profesional telah memiliki sejumlah agenda bagi program pemberdayaan peningkatan skill anggotanya," pungkasnya. (dra/fajar)