Andy Noya kembali melanjutkan pertanyaannya. Kali ini lebih spesifik ke Densus 88.
"Menarik juga karena kontroversi pembelaan Anda kepada mereka yang dituduh teroris dan radikal itu kemudian Anda mengusulkan Densus 88 dibubarkan. Karena kerjanya mengada-ada. Banyak orang yang mempertanyakan. Ini Fadli Zon mata hatinya sudah buta apa? Bagaimana bom bunuh diri terjadi? Bagaimana pengungkapan kelompok teroris di Indonesia. Soal negara khilafah bagaimana sikap Anda? tanya Andy Noya serius.
"Saya kira pada founding father's kita sudah mendebatkan dan mendiskusikan ini sebelum tahun 45. Soal negara Islam, negara kebangsaan itu sudah selesai menurut saya. Apalagi perdebatannya itu melibatkan semua tokoh dari berbagai organisasi Islam yang terkemuka ketika itu. Baik dari NU, Muhammadiyah, syarikat Islam dan lain-lain. Yang akhirnya sampai pada satu kompromi pada rapat besar BPUPK ketika itu. Seingat saya tanggal 14 Juli 1945 disepakati. Bahkan tujuh kata itu tidak ada di dalam sila pertama yang kemudian menjadi Pancasila. Itu kan ada di preambule UUD 1945. Jadi sudah selesai. Menurut saya pilihan terhadap bentuk negara dalam arti negara kebangsaan itu sudah selesai. Jadi kalau ada orang mau bermimpi mendirikan negara khilafah dalam diskusi-diskusi semacam itu, lebih banyak euthopia sebenarnya,"papar Fadli yang juga politisi Partai Gerindra ini.
"Artinya orang tidak perlu takut dengan khilafah? lanjut Andy Noya meneruskan pertanyaannya.
'Fadli menjawab lagi "Iya, kalau orang hanya mendiskusikan negara khilafah itu kan bagian dari demokrasi. Kecuali sudah ada pergerakan senjata, kekerasan dan lain sebagainya," imbuh anggota Komisi I DPR RI tersebut.