Selain itu, Fadli juga menyoroti soal anggaran Densus 88 Polri. Dia menyebut pasukan khusus teroris itu diberi anggaran paling besar.
"Yang anggarannya paling besar dan apalagi sekarang mau diperbesar itu Densus 88. Padahal menurut saya sudah ada BNPT. Secara kelembagaan yang dipayungi UU itu adalah BNPT. Harusnya di sini saja dikonsentrasikan," tambahnya.
"Artinya jika harus ada pasukan khusus teroris langsung saja di bawah BNPT?" tanya Andy Noya lagi. Fadli Zon mengiyakan pertanyaan itu. "Iya bisa di bawah naungan BNPT," tukasnya.
Sehingga, lanjut Fadli, tidak perlu terlalu banyak lembaga yang overlap dan berlomba-lomba menangani terorisme.
"Kita khawatir karena di Amerika Serikat sendiri muncul ekses. Dalam bukunya Trevor Aaronson berjudul The Terror Factory ditelitilah di situ. Dari 581 aksi teror, hampir semuanya didalangi oleh FBI sendiri. Itu dibuat atau dimanufacture," kata Fadli meyakinkan.
Ucapan Fadli buru-buru dipotong Andy Noya. "Sebentar, ini artinya Anda hendak bercuriga bahwa teror yang terjadi atau kelompok teroris yang dibongkar di Indonesia dimanufacture oleh pemerintah? tanya Andy Noya penuh selidik.
"Bisa saja itu dilakukan oleh oknum kan. Tapi jangan sampai itu kemudian dimanufacture. Untuk kepentingan pemeliharaan. Apalagi anggarannya besar. Sekarang kita tidak melihat adanya ancaman terorisme seperti itu di Indonesia. Kenapa kita sibuk dengan itu. Akhirnya kita berantem sendiri di dalam. Menurut saya siapa yang benar-benar teroris harus dihukum berat," tegasnya.