MA Sunat Hukuman Edhy Prabowo, Tokoh NU: Betapa Hancur dan Bobroknya Hukum di Negara Ini

  • Bagikan
Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo (Issak Ramdhani/Fajar Indonesia Network)

FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Tokoh Nahdlatul Ulama, Umar Syadat Hasibuan alias Gus Umar mengomentari pengurungan hukuman bagi mantan Menteri KKP Edhy Prabowo oleh Mahkamah Agung (MA).

Diketahui, Majelis Hakim MA resmi memotong hukuman Edhy dari sembilan tahun menjadi 5 tahun penjara.

Gus Umar mengaku sedih dengan adanya pengurangan hukuman tersebut.

"Sedih ya betapa hancur dan bobroknya hukum dinegara ini," ucap Umar dilansir fajar.co.id dari twitter pribadinya, Rabu (9/3/2022).

Terlebih, alasan MA mengurangi hukuman Edhy dikarenakan kinerja baik yang dilakukan Edhy pada saat menjabat sebagai menteri.

"Kalau menteri kinerja baik masa’ korupsi. Logika Parah," pungkasnya.

Sebelumnya, Majelis Hakim MA resmi memotong hukuman mantan Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Edhy Prabowo dari sembilan tahun menjadi 5 tahun penjara.

Hukuman tersebut lebih rendah empat tahun dari putusan sebelumnya di tingkat banding. Sebab Edhy Prabowo divonis sembilan tahun kurungan penjara oleh Hakim Pengadilan Tinggi DKI Jakarta.

“Menjatuhkan pidana kepada terdakwa Edhy Prabowo dengan penjara selama lima tahun dan pidana denda sebesar Rp 400 juta dengan ketentuan apabila denda tidak dibayar maka diganti dengan pidana kurungan selama enam bulan,” ujar Juru Bicara MA Andi Samsan Nganro.

Andi menuturkan, Majelis Hakim juga menghukum pencabutan hak politik Edhy selama dua tahun. Itu akan terhitung sejak Edhy selesai menjalani masa pidana pokok yakni pidana lima tahun penjara.

Majelis hakim kasasi menilai Pengadilan Tinggi DKI Jakarta tidak mempertimbangkan bahwa Edhy telah bekerja baik selama menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan. Edhy, menurut majelis hakim kasasi, memberi harapan besar kepada masyarakat khususnya nelayan.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan