FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Fahri Hamzah mencak-mencak melihat sikap diam DPR terhadap aksi Densus 88 yang menembak mati Dokter Sunardi pada Rabu (9/3) malam.
Menurutnya, aksi yang dilakukan polisi sudah mengarah ke penindakan di luar proses hukum atau extra judicial.
"Seharusnya yang punya kekebalan, melawan sekuat tenaga bukannya malah diam seribu bahasa," kata Wakil Ketua DPR RI periode 2014-2019 itu di Twitter akun @Fahrihamzah seperti yang dilansir JPNN, Minggu (13/3).
Wakil Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia itu mengatakan pengawasan yang lemah dari Senayan membuat aparat hukum lebih ugal-ugalan melakukan tindakan extra judicial.
Mestinya para wakil rakyat di Senayan berani berbicara lantang karena mereka punya hak imunitas.
Polisi menembak mati Dokter Sunardi di Sukoharjo, Jawa Tengah, Sunardi, Rabu (9/3) malam.
Polisi mengklaim terpaksa menembak mati Sunardi yang seorang dokter itu lantaran membahayakan keselamatan petugas.
Pada diri Dokter Sunardi, polisi juga menyematkan tersangka teroris.
Fahri mengaku sedih menyaksikan para anggota DPR yang seharusnya melakukan pengawasan, justru menonton seluruh tindakan semena-mena aparat hukum.
"Lama-lama kita (Fahri Hamzah) curiga bahwa sebetulnya mereka bersekongkol," tutur mantan legislator Komisi III DPR RI itu.
Yang Mengejutkan bagi Fahri, hingga kini masih menunggu inisiatif dari 575 anggota DPR RI atau fraksi yang mewakili seluruh parpol peserta pemilu 2019, berani menggunakan hak imunitas mempersoalkan extra judicial dari aparat hukum.
"Begitu banyak hak lainnya untuk membongkar tindakan-tindakan sewenang-wenang dan extra judicial di lapangan," cetus pria kelahiran Nusa Tenggara Barat (NTB) itu.
Persoalan extra judicial mencuat setelah tewasnya Dokter Sunardi yang ditembak Densus 88 Antiteror Polri di Sukoharjo, Jawa Tengah, Rabu (09/03) malam.
Anggota DPR RI Fraksi Gerindra Fadli Zon menyinggung keadilan, seperti tertuang dalam sila ke-2 Pancasila menyikapi tewasnya dokter Sunardi oleh Densus 88.
"Seharusnya kemanusiaan yang adil dan beradab, tetapi praktiknya kebiadaban yang tidak adil tanpa kemanusiaan," tulisnya di Twitter akun @fadlizon, Jumat (11/3). (jpnn/fajar)