Keresahan atas harga migor yang semakin tak terkendali ini juga dirasakan Ella. Sebagai ibu rumah tangga dia sangat merasakan dampak dari kenaikan harga migor yang sudah terjadi sejak akhir 2021 ini.
“Sekarang mau puasa enggak sampai satu bulan. Pasti bakal sering masak untuk berbuka dan sahur. Masa saya dan keluarga harus ikutan puasa minyak goreng juga,” ujar Ella.
Menurutnya, pemerintah ingkar janji ketika awal menyiapkan skema subsidi HET bisa diberikan sampai bulan Ramadan selesai dengan stok minyak yang memadai.
Seharusnya, ini dilakukan minimal setelah Idul Fitri sehingga dalam sebulan menjalankan puasa, masyarakat tidak kebingungan ketika harus menyediakan makanan. Sebelumnya, pasca pemerintah mencabut kebijakan HET migor kemasan yang dipatok Rp 14.000 per lter, ketersediaan migor di supermarket mendadak banyak.
Sejumlah rak-rak minyak goreng kemasan di supermarket di Bandung kembali terisi. Masyarakat pun tampak antusias mengambil minyak goreng yang dalam dua bulan terakhir menjadi barang langka. Seperti yang terjadi di salah satu supermarket di Jalan Sunda.
Pantauan JPNN.com di lapangan, rak-rak tersebut kembali dipenuhi dan dipajang oleh petugas. Sejumlah pembeli langsung menyerbu rak tersebut dan mengambil beberapa buah.
Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagin) Kota Bandung Elly Wasliah mengatakan, sekarang masyarakat tidak perlu risau lagi mengenai ketersediaan minyak goreng kemasan. Ia memastikan, diseluruh ritel perbelanjaan stok minyak goreng tersedia.
Hanya saja, kata Elly, harga minyak goreng tak akan ada lagi Rp 14.000. Kini harganya sudah disesuaikan dengan produsen minyak, sehingga tidak satu harga. “Tadi yang kemasan 2 liter itu harganya Rp 47.900 untuk merek Filma, SunCo, dan Cemara. Ini adalah kebijakan direksi perusahaan,” kata Elly saat meninjau salah satu ritel perbelanjaan di Bandung, Rabu (16/3).
Ihwal fenomena kelangkaan minyak goreng kemasan dalam dua bulan terakhir, Elly pun mengaku kebingungan.