FAJAR.CO.ID -- Varian Covid-19 terbaru yakni Deltacron, gabungan dari Delta dan Omicron saat ini resmi diakui di dunia dan sudah terdaftar dalam GISAID.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meminta dunia waspada, namun tak perlu panik terkait penularannya. Selain populasi penduduk sudah semakin kebal karena vaksin, varian Covid-19 terbaru diyakini lebih ringan.
Meski begitu, para peneliti masih memeriksa karakteristiknya. Karena itu, dilansir dari Nikkei Asia, Selasa (22/3), tak perlu panik jika mengetahui 5 fakta penularan Deltacron.
- Varian Gabungan
Deltacron merupakan gabungan atau rekombinan dari dua varian Covid-19, Delta dan Omicron. Para ilmuwan mengatakan kemunculannya tidak mengejutkan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menjelaskan bahwa rekombinasi terjadi ketika dua virus menginfeksi orang atau hewan yang sama, yang mengarah pada pertukaran informasi genetik dan munculnya varian baru.
Ahli Kesehatan di Pusat Keamanan Kesehatan Johns Hopkins, Amesh Adalja, mengatakan kepada Nikkei Asia melalui email sejauh ini belum ada informasi luas terkait varian ini. Maka perlu dilakukan penelitian secara virologi.
“Tidak ada cukup informasi tentang kasus, atau secara virologi, untuk mengetahui ciri-ciri apa yang dimiliki delta atau Omicron rekombinan. Karena bentuk rekombinan ini berbeda dalam rekombinasinya,” katanya.
- Penularannya Muncul di Negara Ini
Sebuah rekombinan Delta dan Omicron ditemukan pada bulan Januari oleh para peneliti Siprus. Namun, sejumlah kecil kasus rekombinan terus bermunculan, dari Eropa hingga Amerika.
Minggu ini di Brasil, pemerintah dua negara bagian utara memberi tahu Kementerian Kesehatan bahwa mereka telah menemukan kasus Deltacron. Menurut media lokal, seorang pria berusia 34 tahun dan seorang perempuan berusia 26 tahun terinfeksi.
- Sudah Diakui Dunia
Menurut GISAID, database internasional informasi genomik Covid-19, varian hibrida telah muncul di Prancis, Denmark, Jerman, Belanda, dan Belgia. Pada minggu ini, Prancis telah menemukan jumlah kasus tertinggi, 38 kasus diikuti oleh Denmark, dengan 8 kasus. Kasus belum dilaporkan di Asia.
Sebuah makalah yang menunjukkan bahwa setidaknya 2 kasus telah ditemukan di AS dirilis di medRxiv, sebuah situs web yang menerbitkan makalah medis yang ditinjau oleh rekan sejawat.
- Seberapa Bahaya?
Tidak terlalu, setidaknya untuk saat ini. WHO belum mencantumkan rekombinan atau virus ini menjadi Variant Of Concern. Pimpinan teknis WHO Maria Van Kerkhove menekankan bahwa Deltacron hanya terdeteksi pada tingkat yang sangat rendah.
“Kami belum melihat adanya perubahan epidemiologi dengan rekombinan ini, kami belum melihat adanya perubahan tingkat keparahan, tetapi ada banyak penelitian yang sedang berlangsung,” tambahnya.
- Apakah Vaksin Efektif?
Dengan begitu sedikit kasus yang ditemukan, maka masih belum jelas seberapa efektif vaksin terhadap varian baru. Tetapi, para ilmuwan mengatakan mereka terus meneliti.
Seorang rekan peneliti di Imperial College London Thomas Peacock mengungkapkan vaksin saat ini sebagian besar bekerja dengan menghasilkan respons antibodi terhadap protein lonjakan virus. Peneliti Adalja dari Johns Hopkins setuju vaksin masih efektif. “Saya berharap vaksin akan mampu efektif seperti yang terjadi terhadap Omicron,” katanya.
Secara umum, orang yang tidak divaksinasi atau yang hanya divaksin satu dosis cenderung memiliki risiko penyakit serius atau kematian yang lebih tinggi daripada mereka yang divaksinasi penuh. Hal yang sama mungkin berlaku ketika berhadapan dengan varian baru. (jpc)